Kamis, 13 Mei 2010

Yang dimaksud dengan komponen abiotik dari lingkungan adalah iklim dan tanah yang bekerja sendiri atau berinteraksi dalam membatasi pertumbuhan dan penyebaran tanaman. Respon tanaman terhadap salah satu komponen dalam hal ini tidak bebas dari pengaruh komponen lainnya. Sementara lingkungan biotik adalah kelompok makhluk hidup yang menyebabkan penyakit, seperti: Bakteri; menghasilkan toksin yang dapat meracuni tanaman.Virus; melalui RNA yang bersifat toksin
ISI RANGKUMAN
Morfologis
Saat terjadi rendaman total sampai pada bagian daun paling atas, sehingga fotosintesis menjadi terhambat akibat kurangnya karbondioksida ekternal dan adanya semacam naungan (shading). Pada beberapa tanaman adanya etilen membuat stimulasi untuk memanjangkan batang (shoot elongation), seperti pada padi, sehingga dapat melakukan “escape” dari cekaman rendaman. Pierik et al. (2005) membuktikan adanya pola kesamaan respon pemanjangan batang pada A. thaliana antara yang ternaungi tanpa rendaman dengan yang terendam pada tanaman amphibi Rumex palustris.
Salah satu mekanisme tanaman yang biasa hidup dalam keadaan terendam adalam memiliki jaringan aerankim. Seago et al (2005) melaporkan ada sebanyak 85 spesies dan 41 famili memiliki aerankim dengan pola berbeda-beda. Aerenkim merupakan ruangan interselular yang terbentuk dari kombinasi pertumbuhan sel dan pembelahan sel (expansigeny) pada angiospermae primitive, seperti pada Nymphaeales, kemudian pada angiospermae yang lebih maju hanya pada pembelahan sel saja kemudian aerankim dibentuk. Proses masuknya gas dari atmosfer melalui aerenkim sebagian besar terjadi karena difusi, namun demikian aliran masa dapat pula terjadi jikaa alur jalan aerenkima membentuk tahanan yang rendah untuk dapat memasukan gas. Armstrong and Armstrong (2005b) membuktikaan dalam penelitiannya bahwa oksigen dapat diregenerasi pada bagian batang tanaman alder melalui pendaya gunaan karbondioksida oleh sel klorofil. Mommer dan Visser (2005) mengidentifikasi penampilan mengidentifikasi tampilan morfologi daun yang melakukan fotosintesis dibawah air. Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan kecepatan mengabsorbsi karbondiosida berhubungan erat dengan pembentukan lapisan kutikula dan lamina yang semakin menipis. Armstrong and Armstrong (2005a) menggunakan external palarographic oxygen-sensing electrodes yang ditempatkan pada rhizospher untuk mengetahui proses keracunan sulfide pada akar tanaman padi. Mereka mengamati adanya reaksi reduksi dengan cepat terjadi karena berkurangnya oksigen di sekitar akar, sehingga mengakibatkan tekanan terhadap pemanjangan akar dan kemampuan mengambil air. Pada kondisi ini berlanjut sampai berhari-hari sulfide akan mengancurkan akar diikuti dengan tumbuhnya akar lateral. Sulfida juga dapat menghalangi aerankim dan jaringan pembuluh tanaman. Kekurangan oksigen pada akar juga disebabkan oleh nitrate yang dibebaskan dari bahan organik menghalangi oksigen untuk diserap oleh akar (Kirk and Kronzucker, 2005)
Fisiologis
Tanah yang terendam air merupakan cekaman abiotik yang mempengaruhi komposisi spesies dan produktifitas pada berbagai tanaman. Pada tanaman padi misalnya, rendaman dimanipulasi sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang maksimal, namun pada beberapa spesies tanaman kelebihan air merupakan faktor penghambat produksi pada beberapa tempat dan situasi (Jackson, 2004), banjir terutama berpengaruh terhadap hasil biji (Setter and Waters, 2003). Hambatan utama yang disebabkan adanya rendaman pada spesies yang tidak bisa beradaptasi terhadap kekurangan oksigen adalah karena difusi oksigen di air lebih lambat 104 dibanding dengan di udara (Armstrong and Drew, 2002). Hal lainnya adalah adanya perubahan level hormone etilen dan beberapa produk dan beberapa produkmetabolisme anaerobic oleh mikroorganisme tanah seperti Mn 2+, Fe 2+, S 2_ H2S dan asam karbolat (Jackson and Colmer 2005). Lebih lanjut jika tanaman terendam secara total akan mengakibatkan kekurangan karbondioksida, cahaya, dan oksigen sehingga dapat mengakibatkan kematian tanaman (Jackson and Ram, 2003).
Namun demikian ada beberapa tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi fisiologi, semacam “escape” dari lingkungan yang terendam (Voesenek et al. 2003), mengurangi kekurangan oksigen dengan membentuk sistem aerasi internal yang efektif (anoxia tolerance) (Gibbs and Greenway, 2003), memiliki kemampuan untuk menghindar atau memperbaiki kerusakan akibat oksidasi selama “re-aeration” (Blokhina et al., 2003).
Mekanisme tanaman menghindari defesiensi oksigen adalah dengan mengatur pola ekpresi gen yang meningkatkan toleransi terhadap kondisi anaerob. Melalui jalur signal transduksi gen kelas I haemoglobin (Hb) yang merupakan gen yang teriinduksi akibat terjadinya kekurangan oksigen. Igamberdiev et al. (2005) melaporkan adanya interaksi haemoglobin dengan nitrit oxidase (NO), yang merupakan gas yang dihasilkan dari nitrat, hal ini ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam sel yang kekurangan oksigen. Interaksi heamoglobin dengan NO ditambah dengan adanya etilen dapat menghasilkan energy dengan tanpa oksigen (anerob), akan tetapi hal ini dapat pula mengakibatkan turunnya pH yang ada disitoplasma yang dapat mengakibatkan terganggunya proses biokimia dan mengakibatkan kemungkinan yang fatal bagi sel. Felle (2005) melaporkan ada mekanisme spesies yang dapat melakukan pengaturan sumber proton yang bertanggungjawab terhadap pengasaman, dan pengaturan pH dapat memperpanjang hidup sel ketika terjadi defesiensi oksigen (anoxsia).
Pengaruh status nitrisi nitrogen dan fosfat awal terhadap respon ketahanan tanaman padi terhadap rendaman diteliti oleh Ella dan Ismail (2006). Mereka melaporkan bahwa kemampuan hidup beberapa genotipe padi tidak berkorelasi dengan status N awal pada daun, tetapi berkorelasi positif dengan status konsentrasi pati dan nisbah akar-pupus, serta kandungan klorofil yang tinggi sebelum diberi perlakuan rendaman. Dengan demikian budidaya tanaman yang baik tanpa terlalu memberikan N yang tinggi sebelum terjadi rendaman dapat meningkatkan kemmpuan hidup tanaman padi.


Genetika
Analisis pola ekpresi gen yang mengkarakteristik sel yang mengalami defesiensi oksigen dan mekanisme pengaturannya banyak diteliti oleh ahli genetik. Branco-Price et al. (2005) menganalisis genom A. thaliana yang diberi perlakuan kekurangan oksigen selama 12 jam, kemudian mengamati pola ekpresi, kecepatan translasi oleh protein dan level komplesitas polysome. Hasil penelitian mereka menunjukan rendahnya level nukleotida GC, yang berarti ada beberapa pasangan nukletioda pada mRNA yang tidak tertranslasi sehingga translasi lebuh cepat pada saat sel kekurangan oksigen. Produk protein hasil translasi kemungkinan sangat penting terutama untuk mempertahankan hidup dalam jangka pendek, dari kekurangan oksigen.
Gonzali et al (2005) menggunakan microarrays dan metode bioinformasi untuk menganalisis pola umum kecambah A.thaliana yang diperlakukan 6 jam tanpa oksigen (<10 ppm). Mereka meneliti bagaimana ekpresi dari 20.000 gen A. thaliana yang dianalisis oleh software. Hasil penelitian menunujukan 1600 gen terpengaruh oleh perlakuan 6 jam tanpa oksigen, dari sejumlah itu hanya sebagian kecil gen yang berhubungan dengan jalur fermentasi sukrosa. Mohanty et al. (2005) melaporkan beberapa untaian DNA dekat dengan promoter yang dapat menginduksi gen untuk berekpresi pada keadaan lingkungan anerob, untaian DNA ini merupakan tempat pengkatan faktor transkripsi. Faktor transkripsi adalah faktor protein yang memberikan signak kepada promoter untuk memulai proses transkripsi DNA.
Harada et al (2005) melakukan studi pada tanaman Potamogeton distinctus mengalami pemanjangan batang lebih cepat ketika keadaan suplai oksigen dihentikan dibandingkan dengan keadaan normal. Stimulasi anaerobik ini berhubungan erat dengan meningkatnya enzim sucrose synthase (SuSy), enzim yang berhubungan dengan degerasi sukrosa menjadi heksosa, senyawa yang lebih mudah terfermentasi. Pada peneletian yang lain Ookawara et al. (2005) meneliti pemanjangan batang yang disebabkan kekurangan oksigen pada tanaman Sagittaria pygmaea adanya enzim yang merenggangkan dinding sel berkaitan erat dengan akumulasi mRNA yang mengkode dua dari empat gen endotranglucosylase/hydrolase yang mengatur pemanjangan batang saat terjadi anoxia.
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Huang et al. (2005) yang melaporkan padi yang toleran anoxia mensintesis protein pyruvate orthophosphate dikinase (PPDK) yang mempunyai peran membentuk pyrophosphate (inorganic diphosphate, P2O74–) dari ATP. Pyrophospate mempunyai peran sebagai penganti ATP yang diperlukan pada proses glycolisis dan di dalam tonoplas untuk melakukan transpor proton. Mustroph et al. (2005) menggunakan kentang transgenik yang yang disisipi gen pyrophosphate. Tanaman transgenik memiliki kemampuan lebih toleran pada kondisi kurang oksigen disekitar akar dibandingan dengan tanaman nontransgenik, karena berhasil membentuk “upstream” heksosa. Kedua makalah ini mendukung pernyataan bahwa pyrophosphate memberikan toleransi metabolisme pada tanaman yang tercekaman kekurangan oksigen karena rendaman atau banjir.
Glykolisis yang kemudian dilanjutkan fermentasi alkohol merupakan rangkaian proses penghasil utama ATP ketika tanaman mengalami cekaman kekurangan oksigen, para peneliti tertaring terhadap bagaimana produk tersebut dihasilkan. Boamfa et al. (2005) menggunakan laser-photoacoustic untuk menetukan level output dari acetaldehyde dan etanol, senyawa yang dihasilkan dari rangkaian glykolisis dan fermentasi. Adanya perbedaan level toleransi pada tanaman padi yang terendaman bukan disebabkan karena perbedaan kecepatan melakukan fermentasi, melainkan disebabkan oleh kecepatan mengkonversi balik etanol menjadi acethaldehyde. Semakin cepat etanol dikonversi menjadi acethaldehyde kembali akan mengurangi kerusakan sel akibat adanya senyawa racun superoksida. Jalur detoksifikasi ini berjalan lebih cepat pada genotipe tanaman padi yang toleran rendaman dibanding dengan genotipe yang peka.
Mekanisme lain toleransi genotipe padi terhadap rendaman adalah adanya kemampuan beberapa genotipe padi yang memiliki gen ethelene response factor like protein (ERF). Gen ini telah dipetakan dengan menggunakan quantitative trait loci (QTL) pada varietas tahan FR13A terletak pada kromoso nomor 9 (Xu et al. 2004). Ada tiga lokus posisi gen ini yaitu Sub1A, Sub1B dan Sub1C (Toojindan et al 2003). Gen tersebut telah ditransfer pada varietas KDML 105 yang peka melalui prosedur backcross (Siangliw et al. 2003).

Penyebab Biotik Gangguan Fisiologi pada Tanaman
1. Patogen; kelompok makhluk hidup yang menyebabkan penyakit, seperti:
o Bakteri; menghasilkan toksin yang dapat meracuni tanaman.
o Virus; melalui RNA yang bersifat toksin, RNA akan masuk ke dalam DNA tanaman dan mengambil alih peran DNA tersebut. RNA virus terus mengkopi dirinya sehingga kemudian sel tanaman menjadi lysis dan mati.
o Cendawan; perkembangbiakannya cepat dengan spora dan filamen, merugikan karena mengambil fotosintat dari tanaman.
o Mikoplasma Like Organism (MLO)
o Nematoda; umumnya berada di dalam tanah, menyerang akar sehingga membusuk sehingga mengganggu peredaran unsur hara dan air.
2. Hama; mengganggu tanaman awalnya berupa serangan fisik misal dengan menusuk, menggigit, mengerat, dan sebagainya dan dapat mengeluarkan zat racun (bersifat roksitogenik) ke dalam sel tanaman.
3. Gulma; tumbuhan yang tumbuh di antara kelompok tanaman tertentu yang tidak diinginkan keberadaannya (tumbuh tidak pada tempat yang seharusnya), berkompetisi dengan tanaman dalam memperebutkan unsur hara dan air, cahaya matahari dan input fotosintesis lainnya, serta mempersempit ruang tumbuh tanaman.
4. Mamalia; merusak tanaman secara fisik, misal menggigit, menginjak, dsb. Contohnya domba, babi, dll.
5. Tumbuhan parasit; tumbuhan yang tumbuh menempel pada tanaman dan hidup dengan cara mengambil hasil fotosintat tanaman inang, bersifat heterotrof, contohnya benalu, tali putri, dll. Daya penetrasi hanya sampai pada bagian luar kambium (menyemtuh floem) sehingga tidak mengambil unsur hara tanaman.
Pertimbangan-Pertimbangan Utama dalam Pemuliaan untuk Ketahanan Terhadap Cekaman Biotik
Pertimbangan mencakup nilai ekonomi tanaman, luasnya pertanaman, dan kekerapan terjadinya epidemik.
• untuk komoditas dengan nilai ekonomi kecil tetapi terkait dengan hajat hidup orang banyak maka lebih baik dikembanghkan kultivar dengan ketahanan umum
• jika ada gejala nilai ekonomi anjlok, jadi perlu bebas gejala, maka lebih utama digunakan ketahanan khusus
• bila patogen/hama menyerang bagian bukan yang dipanen maka lebih digunakan ketahanan umum
• bila patogen/hama memiliki plastisitas genetik yang tinggi (misalnya wereng pada padi dan hawar fitoptora pada kentang) maka lebih utama digunakan ketahanan umum
• harus diperhatikan bahwa mekanisme ketahanan tidak membahayakan manusia
contoh: upaya peningkatan fenolik pada kentang maka tahan parasit tetapi dapat membahayakan manusia
• kini dikembangkan ‘efek tritrofik’ pada hama, yaitu tanaman dimuliakan agar punya sifat yang mengundang musuh alami hama, misalnya tanaman dengan struktur atau morfologi atau warna atau aroma/bau tertentu
Sumber-Sumber Ketahanan
Sumber ketahanan :
• konvensional: sumber ketahanan dari tanaman ? lebih diutamakan digunakan
• non-konvensional: sumber ketahanan bukan dari tanaman ? peluang memperluas sumber ketahanan
Kaitan sumber ketahanan dengan metode pemuliaan:
• bila sumber ketahanannya konvensional maka metode pemuliaan lazimnya konvensional, kadang diperlukan pendekatan bioteknologi terutama bila sumebr ketahanan dari kerabat jauh
• bila sumbert ketahanannya non-konvensional maka pendekatannya melalui bioteknologi (rekayasa genetika)
Beberapa penyebab:
1. perbedaan laju pertumbuhan: yang cepat dewasa cenderung lebih banyak mengandung patogen dibanding yang lambat ? yang lambat dewasa over estimate resistensinya; atau sebaliknya. Oleh karena itu lebih baik dicatat jumlah infeksi pada tiap stadia pertumbuhan tanaman
2. interferensi interplot. Pada pemuliaan, plot cenderung kecil dan berdampingan sehingga perlu hati-hati dalam menetapkan tingkat ketahanan; berpengaruh terutama yang memencar antar tanaman yang bertetangga tetapi kurang berpengaruh bila pemencaran patogen vertikal mll percikan hujan.
3. jumlah inokulum. Bila inokulum terlaku sedikit maka dapat over estimated karena escape atau level infeksinya rendah. Bila inokulum terlalu banyak maka akan sukar lihat ketahanan umum, tetapi tidak masalah untuk ketahanan khusus
4. saat menilai, kaitannya dengan umur tanaman
5. faktor lingkungan


Seleksi
• bila mayor gen, monogenik maka seleksi dapat dilakukan pada populasi F2
• untuk tanaman menyerbuk sendiri: back cross pada persilangan yang melibatkan kerabat liar untuk mengurangi/menghilangkan gen-gen yang tidak dikehendaki
• untuk tanaman menyerbuk silang: tingkatkan frekuensi alel dikehendaki, dalam hal ini seleksi daur ulang paling efektif
• seleksi terhadap gen mayor beresiko tekanan seleksi yang kuat terhadap patogen, sehingga patogen mudah termutasi atau strain minor cepat berkembang sehingga ketahanan mudah patah, maka disarankan mengembangkan ketahanan umum yang berbasis gen-gen minor pogenik
Strategi untuk Meningkatkan/Memperbaiki Ketahanan
1. Membentuk multiline berbasis ketahanan khusus, kesulitannya: (i) lama untuk buat back-cross dari ‘near isogenic line’ dan (ii) mudah-sukarnya ras patogen kompleks berkembang
2. Diversifikasi kultivar: yaitu dengan menanam dua atau lebih kultivar pada lahan yang sama sehingga patogen dicegah berkembang pesat
3. Gen duplikat: kultivar dengan dua atau lebih gen mayor (‘pyramide resistance’)
4. Pengendalian terpadu
5. Kondisi yang menunjang berhasilnya strategi pemuliaan, seperti pemulia dan institusi pemuliaan ada dekat dengan tempat parasit menimbulkan masalah, hal ini akan sukar bila lampaui batas wilayah negara/politik

Perakitan Kultivar Adaptif Lingkungan Bercekaman Abiotik
Yang dimaksud dengan komponen abiotik dari lingkungan adalah iklim dan tanah yang bekerja sendiri atau berinteraksi dalam membatasi pertumbuhan dan penyebaran tanaman. Respon tanaman terhadap salah satu komponen dalam hal ini tidak bebas dari pengaruh komponen lainnya.

KESIMPULAN
 TANAMAN/ TUMBUHAN AKAN MERESPON DAN PEKA TERHADAP LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK.
 TANAMAN DALAM PERTUMBUHANNYA DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN
 LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK DAPAT MEMPENGARUHI TANAMAN SECARA MORFOLOGIS, FISIOLOGIS DAN GENETIS.
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 11.03 | No comments

Kultur jaringan tanaman


Kultur jaringan tanaman merupakan tehnik budidaya yang pada saat ini semakin bnanyak ditekuni oleh para peneliti dan ilmuwan, khususnya bidang pertanian. mengingat lahan pertanian di iondonesia semakin berkurang akibat meluasnya pembangunan gedung-gedung, serta meningkatnya tuntutan konsumen pada ketersediaan bungga anggrek, maka usaha pengadaan anggrek dirasa perlu ditingkatkan pula banyak pengusaha dan peneliti menangkar biji anggrek. biji anggrek yang disebar dari buah anggrek secara alami seringkali sulit mengalami perkecambahan, karena factor linghkungan yang kurang mendukung. oleh karena itu perlu pelaksanaan tehnik pembibitan secara kultur jaringan mampu memberikan keuntungan, baik dari segi penghematan ruang,waktu, tenaga, maupun uang.( Daisy 2000)

Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan dan tergantung oleh pemilihan media yang dipilih atau digunakan. Teknik pembuatan m,edia kultur jaringan ini menekankan lingkungan yang cocok agar benih anggrek dapat tumbuh dan berkecambah dengan baik. secara umum kebutuhan akan nutrisi untuk semua benih sama hanya saja benih anggrek berukuran sangat kecil maka sulit untuk tumbuh di alam bebas, oleh karena itu perlu ada modifikasi media kultur jaringan yang ada dengan campuran buah pisang dan air kelapa mudah .
Dengan komposisi campuran media yang sederhana dapat menghasilkan eksplant bibit tanaman anggrek disemaiakan atau ditaburkan.
(Untung, 2002 hal. 50)
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 10.51 | 2 comments

budidaya tanaman anggrek cattleya



1.1 Latar Belakang
Dewasa ini nilai ekspor tanaman hias mencapai angka 90 juta Dolar Amerika Serikat atau hampir 1 Triliun Rupiah. Angka ini hampir dua kali lipat dibanding nilai ekspor komiditas pertanian yng lebih banyak dipromosikan seperti teh yang hanya 48 juta Dollar Amerika Serikat. Yang tak kalah menggembirakan peluang ekspor masih sangat terbuka. Mengingat pertumbuhan permintaan tanaman hias khususnya Anggrek di pasar Internasional setiap tahun meningkat 15 hingga 20 persen. Saat ini permintaan ekspor Anggrek dari Indonesia semakin meningkat dan akhirnya menjadi sumber davisa bagi negara (Sulaimi M.S,. 2006).
Anggrek termasuk tanaman hias primadona, disamping bentuk yang unik, warna yang mempersona, bungan anggrek juga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Ribuan spesies anggrek juga mudah dibuat varietasnya. Dari segi harga, anggrek mempunyai harga yang bervariatif mulai dari ribuan sampai jutaan, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat dapat memilikinya. Saat ini sudah banyak terbentuk kelompok pencinta anggrek di Indonesia.
Peminat anggrek terutama jenis catelia baik di pasar dalam maupun luar negeri telah dilaporkan meningkat, sehingga budidaya tanaman anggrek menjadi peluang besar untuk bisnis. Untuk mendapatkan produk yang mempunyai nilai jual, diperlukan pengetahuan khusus dan ketrampilan tertentu sehingga tidak semua orang sanggup melakukan budidaya anggrek dengan baik dan benar.
Pada beberapa tahun terakhir, pengembangan bibit anggrek cattleya semakin meningkat. Warna bentuk dan karakteristik bunga cattleya yang berbeda dengan dengan anggrek bulan ini yang menjadi daya tarik pecinta anggrek. Berbeda dengan budi daya anggrek bulan yang mudah, budi daya cattleya relative lebih sulit. Mulai pembibitan diperlukan penyediaan media yang cukup menyediakan semua unsur yang diperlukan sesuai karakteristik sifat-sifat cattleya.
Disamping tehnik budi daya, media pembiakan juga memegang peran penting dalam pengembangan benih anggrek. Banyak media yang ditawarkan dipasar, tetapi disamping harga juga kontinuitas produksi yang ada belum dapat mencukupi kebutuhan pengusaha anggrek. selain itu media yang ada tidak selalu cocok dengan kondisi di Indonesia. Sehingga tidak mendukung produksi. Oleh karena itu perlu pengembangan media yang tepat guna, murah, bisa diproduksi secara masal untuk mendukung produksi anggrek. Sehingga yang menjadi permasalah adalah :
1. Bagaimana komposisi media yang tepat guna untuk memenuhi kebutuhan budi daya anggrek ?
2. Bagaimana cara memproduksi media anggrek secara komersial dengan cara sederhana?

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk:
1. Untuk Menentukan komposisi media tepat untuk budi daya bibit anggre.
2. Membuat media secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat, tetapi memiliki kualitas yang baik dalam produksi bibit anggrek.

TINJAUAN TEORI

2.1 Klarifikasi Anggrek Cattleya
Devisio : Spermatophyta
Sub Devisio : Angiospermae
Kelas : Monocoty Ledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Cattleya
Species : Cattleya SP.

2.2 Morfologi Anggrek Cattleya (Sulaimi 2006)

Akar
Pada umumnya akar Anggrek Cattleya berbentuk silindris, berdaging lunak, mudah patah, satu ujung akar meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan. Pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau ada pula yang tampak agak keunguan. Akar-akar yang sudah tua menjadi coklat dan kering da kemudian digantikan oleh akar yang baru tumbuh.
Akar Anggrek mempunyai valemen yang terdiri dari beberapa lapis sel yang berongga dan transparan serta merupakan lapisan pelindung pda sistem saluran akar. Valemen berfungsi melindungi akar dari kehilangan air dalam proses transpirasi da evaporasi. Cattleya mempunyai valemen yang sangat besar sehingga diameter akarnya cukup besar.

Batang
Berdasarkan pertumbuhan batangnya Cattleya termasuk Anggrek Simpodial, yaitu terdiri dari umbi semu (pseudobulb) yang mempunyai pertumbuhan terbatas. Pseudobulb berbentuk gada, agak pipih, keras dan berdaging. Ukurannya bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada pangkal Pseudobulb terdapat akar rimpang rizoma yang menghubungkan Pseudobulb yang satu dengan Pseudobulb yang lainnya. Sementara itu, Pseudobulb yang telah mengeluarkan bunga akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan dan air.

Daun
Melihat pertumbuhan daunnya, cattleya termasuk golongan tanaman evergreen karena belaian daunnya tetap segar, berwarana hijau, tidak gugur secara serentak. Anggrek Cattleya umumnya berdaun tebal dan banyak mengandung air, tetapi ada pula daunnya tipis tergantung varietasnya. Stomata terdapat pada permukaan bawah daun. Berdasarkan membuka dan menutupnya daun, pada umumnya anggrek tergolong dalam kelompok tumbuhan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Berdasarkan jumlah daunnya, anggrek cattleya terbagi menjadi dua golongan yaitu Cattleya berdaun satu (uniforliatus) dan Cattleya berdaun ganda. Cattleya berdaun ganda biasanya mempunyai 2-3 helai daun.

Bunga
Bunga cattleya memiliki bentuk yang tidak beraturan sehingga hanya dapat dibagi dalam satu simetri atau disebut bunga zigomorfik. Bunga cattleya relatif besar sehingga mudah diamati bagian-bagiannya dan dianggap dapat mewakili bentuk dasar bunga anggrek.
Perhiasan bunga terdiri dari 3 sepal pada lingkaran luar, dan 3 petal pada lingkaran dalam. Satu dari 3 petal mengalami modifikasi menjadi bibir bunga atau labaum. Sepal berbentuk lanset tepinya agak bergelombang. Zat pewangi terletak pada labeum sehingga menarik serangga penyerbuk hinggap dan mengadakan penyerbukan. Labeum merupakan bagian yang terluas dari seluruh segmen bunga (Sulaimi 2006).

2.3 Syarat Tumbuh
Pada dasarnya semua anggrek dapat bertumbuh dimana-mana. Mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah sub tropis. Sifat dan karakter bunga Cattleya berbeda dengan angrek lain, sehingga disamping temperatur, kelembaban serta penetrasi cahaya matahari, maka unsur media pembibitan ini memegang peranan yang sangat penting.

Temperatur
Anggrek Cattleya dan kerabatnya tumbuh paling ideal pada suhu antara 14-290C (580 – 850 F), yaitu suhu 12,80 – 15,60 C pada malam hari dan 23,90 – 29,40 C pada siang hari. Selain peka terhadap cahaya serta perbedaan suhu antara siang dan malam, Cattleya dan kerabatnya juga peka terhadap rangsangan fotoperiosiditas, sehingga musim berbunga terpengaruh.

Kelembapan
Kelembapan nisbi (RH) untuk tanaman anggrek cattleya berkisar 60-80 % (persen). Pada umumnya anggrek dapat hidup baik bila kelembapan udara tidak lebih dari 80 % pada siang hari dan tidak kurang dari 50 % pada malam hari.

Cahaya Matahari
Anggrek Cattleya memerlukan cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhan dan pembungaan. Cattleya membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar antara 2.000-2.500 FC (Footcandle). Namun cattleya dapat juga tumbuh pada intensitas cahaya 700-1.00 FC. Meskipun pertumbuhan lambat dan hanya menghasilkan sedikit bunga, intensitas cahaya dapat diukur dengan alat pengukur cahaya yaitu : Ligh meter.

Media Tumbuh
Media mempunyai arti signifikan dalam budi daya catelia. Persiapan media yang tepat perlu di siapkan mulai pembibitan sampai anggrek mencapai usia dewasa. Bibit anggrek tidak memiliki cadangan makanan, walaupun di alam mampu berkecambah tetapi dalam presentase yang sangat kecil. Penyediaan makanan sejak dini akan memberikan kwalitas anggrek yang baik terutama dalam menyediakan cadangan makana sumber karbon yang diperlukan dalam perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit anggrek.

2.4 Media Yang bisa dipakai dalam pembibitan
Media tumbuh merupakan makanan untuk pembentukan dan pertumbuhan tanaman anggrek baik untuk pembenihan maupun pembibitan anggrek. Banyak media dasar untuk pembibitan yang ada di pasaran. Dalam pembibitan anggrek terutama cateliya, unsur-unsur mikro (Mg, S, Fe, Mn dan Zn), makro (N. P. K) saja tidak dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan bibit catteyea. Pada dasarnya media yang disebutkan diatas harus mengandung karbon (glukosa/sukrosa dengan), Vitamin B-1, zat pengatur tumbuh (auksin) dan sitokinin. Komposisi media spesifik yang diperlukan untuk pembibitan harus mengandung unsur unsur seperti terpada tabel 2.1

METODEOLOGI

Penyusunan makalah ilmiah ini, dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber pustaka yang berhubungan dengan budidaya anggrek yang merupakan kajian maupun laporan hasil telaah ilmiah yang dipublikasi dalam bentuk jurnal ilmiah, buku teks maupun penelusuran melalui jasa internet. Tinjauan teori juga disusun berdasarkan publikasi ilmiah popular.
Kunjungan lapangan di UD. SOERYANTO ORCHIDS di kota batu sebagai industri pembibitan anggrek juga telah dilakukan untuk mengamati langsung problem budidaya anggrek termasuk problem pembuatan media pembibitan serta cara-cara pemecahan masalah yang dilakukan.
Hasil penelusuran yang diperoleh kemudian di presentasikan dalam bentuk data diskriptif dan di diskusikan dalam pembahasan. Pada akhir karya tulis ilmiah ini kemudian disusun simpulan hasil telaah dan saran yang berkaitan dengan karya ilmiah ini.

PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Pembuatan Media Vasinne dan Went
Pembuatan Larutan Stok
Tahap pertama pembuatan stok media ini secara laboratoris diawali dengan persiapan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan. Karena komposisi dan konsentrasi setiap komponen sudah baku maka komponen yang diperlukan dapat dicampur dalam botol plastik. Pada pengamatan di UD Soeryanto ORCHIDS YANG DIMASUKAN PERTAMA ADALAH 0,20 gr Ca3 (PO4)2 dimasukkan dalam botol aqua berukuran 250 ml, kemudian berturut - turut KNO3 (0,25 gr), KH2PO4 (0,25 gr), MGSO4 (0,25 gr), FeSO4 (2,8 gr), MnSO4 (0,8 gr), NH4SO4 (0,25 gr), FeSO4 (2,8 gr), MnSO4 (0,8 gr), NH4SO4 (0,5 gr).
Tahap kedua pembuatan media ini dilakukan setelah campuran bahan-bahan diatas telah diaduk dengan sempurna, kemudian pada tempat yang sama ditambahan bahan kimia berturut-turut kimia Bayfolan 5 cc, Fish Emulsin jenis Alaska 25 cc, Vitamani B-1 (Start®) 25 cc, Atonik 5 cc, Grow tean 5 cc.
Tahap ketiga adalah pemberian arang aktif 12 gram ke dalam larut kemudian diaduk hingga merata. Jadi semua dicampurkan jadi satu dalam botol aqua berukuran 250 ml. Stok yang sudah diperoleh disimpan dalam suhu dingin untuk sementara, dan siap untuk proses fortifikasi media.

Fortifikasi Media vacinne And went
Tujuan fortifikasi pada media pembibitan adalah untuk menambah unsur organik. Unsur-unsur yang sudah dilaporkan adalah pemberian arang, bayfolan, gula, air kelapa muda, pisang dan kentang yang dicampur dengan bahan dasar agar. Dalam 6 liter air dibutuhkan 1 liter air buah kelapa muda, agar-agar 55 gr, gula 120 gr, pisang 900 gr dan kentang 5 gr. Hasil fortifikasi ini kemudian di campurkan dengan larutan stok dan PH media dipertahankan 5,0-5,3. Dengan demikian media vasine dan went sudah siap dipergunakan untuk budidaya bibit anggrek cattleya. Fortifikasi ini dibuat dengan alat panji dengan cara pemanasan dengan tujuan agar semua komponen bahan kimia dapat terlarut dengan baik
Secara komersial, media ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi mengingat biaya produksi yang relatif rendah dan bahan yang mudah didapat maka hal ini memberikan kemudahan untuk memproduksi bibit anggrek dalam skala besar, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dengan diproduksinya secara masal maka dapat didistribusikan pada unit dagang yang ada sehingga tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen bisa teratasi dengan baik. Peluang bisnis ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengembangkan suatu usaha agribisnis.

4.2. Komposisi campuran media yang tepat dan sederhana untuk cattleya
Dari banyak media yang ada, komposisi campuran yang paling dapat memenuhi kebutuhan pembibitan anggrek cattleya adalah campuran media vassine dan went. Media ini mengandung unsur makro, mikro dan unsur yang lain yang ditinjau dari jumlah dan keasamannya yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu media ini juga dapat ditambah bahan alami lain ( pisang, kentang, air degan (kelapa muda) dan bahan pemadat : agar-agar, gula (sriyanti, 2000). Seperti yang dilakukan oleh UD Suryanto Orchids, dimana media vasine dan went di fortifikasi dengan bahan lokal antara lain: air degan dan pisang ambon setengah matang.
Dengan fortifikasi yang dilakukan, maka media ini semakin lengkap menyediakan unsur yang dibutuhkan dalam pembibitan cattleya. Selain kaya dengan nitrogen, media vasine dan went fortifikasi ini kaya akan nutrisi yang berasal dari penambahan air kelapa, gula, kentang dan pisang. Susunan komponen media vacine dan wet yang telah difortifiokasi ditampilkan pada tabel 4.1
Seperti halnya dengan tumbuhan yang lain, Anggrek memerlukan makanan untuk melakukan fotosintesis dan pembentukan sel serta pertumbuhan pada umumnya. Karena Anggrek di sini dibesarkan dalam botol, maka makanan tersebut mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur tersebut terdiri atas zat-zat organik dan anorganik. Zat-zat tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu unsur makro dan unsur mikro.
Unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah terbatas atau sedikit. Unsur mikro terdiri atas Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalimum (K). unsur mikro terdiri dari : Kalsium (CO), Magnesium (MG), Mangan (Mn), Besi (Fe), Tembaga (CU), Seng (Zn), Borium (B), Molikdenum (MO).


Selain unsur-unsur makro dan mikro di atas, diberikan juga zat pengatur tumbuh (ZPT) yaiu : Sukrosa, Mio-Inositol, Vitamin, Asan Amino. Selain itu dapat diberikan air kelapa sebagai cadangan makanan. Nitrogen (N) untuk menyuburkan tanaman dengan baik, sebab unsur ini bisa membentuk protein dan lemak, unsur itu dalam media vasine and went diberikan dalam bentuk KNO3(NH4)2SO4. Phospor (P) dibutuhkan tanaman Anggrek secara besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, unsur phospor ini dalam media vasine and went diperoleh dalam bentuk KH2PO4, CO3(PO4)2.
Kalium (K) adalah unsur yang berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman, selain itu kalium juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan. Kalium dalam media vacine and went diperoleh dalam bentuk KNO3, KH2PO4. Magnesium (MJ) dapat menambah kandungan phospor mempunyai kegunaan sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein. Magnesium dalam media vacine and went diberikan dalam bentuk MGSO4
Ferum atau besi (Fe) berfungsi sebagai penyangga potensial Hidrogen (PH) media, digunakan oleh tanaman dalam pertumbuhan jaringan sel dan juga untuk berfotosintesis serta pembentukan hijau daun pada tanaman Anggrek. Unsur ini dalam media vacine and went diberikan dalam bentuk FeSO4.
Sukrosa (gula) diberikan pada media vacine and went yang berfungsi sebagai sumber energi. Selain unsur-unsur di atas tanaman juga membutuhkan beberapa vitamin dalam pertumbuhannya. Oleh karena itu dalam pembuatan media vacine and went ada beberapa vitamin yang dierikan antara lain
Vitamin B-1 (Thiamine). Thiamine berfungsi berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar tanaman Anggrek.
Atonik, diberikan pada pembuatan media vacine and went berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) dan juga senyawa organik ini berfungsi mendukung dalam menghambat proses psikologi tanaman. Air kelapa muda diberikan pada media vacine and went karena mengandung auksin dan sitokini, yang fungsinya merangsang pertumbuhan tanaman. Kentang dan pisang berfungsi sebagai media tanam dan sebagai cadangan makana dalam pertumbuhan tanaman Anggrek.
Bayfolan berfungsi untuk melengkapi unsur hara mikro dan makro, aang aktif berfungsi sebagah bahan pemodal dan pelengkap, minyak ikan (fish emulsion) sebagai makan tambahan dalam bentuk organik dan merangsang pertumbuhan vegetatif. Agar-agar sebagai bahan pelekat atau pengontrol media agar tidak berbentuk caor. Air untuk melarutkan zat makanan dalam tubuh tanaman dan kelembaban daam media vacine and went, grow tean menyehatkan tanaman Anggrek selama tumbuh dalam botol vacine and went.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Media untuk pembibitan anggrek cattleya adalah media vicinne and went yang di fortifikasi dengan konsentrasi yang tepat dengan menggunakan unsur-unsur alami yaitu air kelapa muda, pisang, kentang, gula, arang aktif. Fortifikasi ini maka kebutuhan spesifik hara untuk pembibitan cattleya dapat dicapai.
2. Fortifikasi media vicine end went hanya membutuhkan tehnik dan peralatan yang sederhana sehingga dapat menjadi teknologi tepat guna dalam memproduksi media pembibitan anggrek cattleya yang akhir-akhir ini sangat tinggi permintaan pasarnya.

5.2 Saran

Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar perlu adanya upaya sosialisasikan sistem ini pada masyarakat luas agar tehknologi sederhana ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat penggemar tanaman hias (anggrek)


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi S.A, 1995, Optimasi Media Sub Kultur untuk Meningkatkan Kualitas Plantlet Anggrek Phaelaenopsis pada Kultur in Vitro, Batu.

Daisy P.S.H, 2005, Pembibitan Anggrek dalam Botol, Yogyakarta.

Darmono, D.W, 2003, Merawat Cattley,. Jakarta : Penyerahan Swadaya.

Trubus Infokit, 2005, Anggrek Dendrobium, Depok : Tribus Swadaya Wisma Hijau

Ramawati, Y.F, 2000, TeknikPengaturan Penyiraman Anggrek Dendrobium. Batu: laporan Soerjanto Orcid’s


Tim Perumus, 2006, Masalah pada Daun Anggrek, Agro Community, Edisi 003, hal. 6.

Tim Perumus, 2006, Tampilkan Anggrek Prima, Agro Community, Edisi 001, hal. 12.

Sulaimi M.S, 2006, Merawat Anggrek, Yogyakarta: Canisius


Tim Perumus, 2006, Pesona dan Gengsi Anggrek, Agro Community, Edisi 001, hal. 6


Tim Penyusun, 2006. cara Tepat Merawat Anggrek, Jakarta: Agro Media http// beautyful orchids.cattleya.// minggu 5 april 2009.co.id
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 10.41 | No comments

budidaya (perbanyakan) tanaman pepaya

Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan cara sambung, cangkok atau dengan biji. Perbanyakan dengan cara cangkok jarang dilakukan oleh penangkar bibit karena memerlukan tanaman untuk batang bawah dalam jumlah banyak. Demikian juga perbanyakan dengan cara cangkok jarang di lakukan, pengingat pelaksanaan relative sulit .perbanyakan dengan cara biji satu-saunya alternative termudah untuk mengembangbiakan tanaman papaya ini. Biji tersebut dapat langsung di tanama di kebun atau apat di semaikan terlebih dulu.
Mengingat sifat tanaman papaya sangat peka terhadap pengaruh suhu dan kelembapan maka di sarankan penggunaan benih-benih impor di coba terlebih dulu daya adaptasinya, bila ternyata sesuai dengan iklim setempat baru di usahakan untuk pembudidayaannya.
Bibit untuk tanaman pepaya harus di ambil dari tanaman papaya yang sudah matang di pohonya, makin masak buah itu maka makin cepat pula perkecambahanya, biji sebaiknyadiambil dari bagian buah ynang ditengahnya sebab bagian ini mengandung biji sempurnah dua kali jenis benih linnya.
Benih papaya sebaiknya disemaikan telebih dahulu agar, dalam penanaman di lapangan mudah, selain itu juga bibit dari hasil persemaian akan tumbuh merata, sehingga mudah dalam hal pertumbuhan sama. Tanaman papaya dapat di semaikan pada tanah yang gembur dan dengan sushui dan kelembapan yang ideal maka akan tumbuh dalam waktu yang cepat.
Setelah benih tumbuh di tempat persemaian maka biji dapat di pindahkan pada laha yang telah di sediakan, dan alangsung dapat di tanam pada lahan dengan jarak tanam sesuai keinginan.

Tanaman papaya dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dpl, tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang dari 600m dpl. tanah yang baik adalah tanah gembur, subur dan tidak bergenang air. (Ronny, 1998)
Benih adalah awal dari kehidupan suatu organisme, kualitas benih akan mempengaruhi dalam tumbuh dan kembangnya suatu jenis tanaman, benih yang sehat akan memberikan hasil pertumbuhan dan perkembambangan yang optimal, oleh karena itu benih harus di siapkan dengan baik mulai dari pemilihan buah papaya untuk dijadikan benih, proses biji menjadikan benih, dan persemaian benihj agar tetap sehat dan kualitas kecambahnya baik.
Demi meningkatkan suatu produktifitas suatu komodity banyak pera penangkar melakukan percobaan-percobaan untuk meningkatkan sutau mutu benih yanbg berkualitas diantaranya adalah dengan metode persilangan, cara pengembangbiakan, proses perlakuan baik itu secara fisik maupun secara kimiawi, yang kesemuanya itu untuk menjaga kualitas dan kuantitas benih yang di kembangkan.
bila telah memiliki vaietas benih papaya yang unggul , prodiktif dan berkualitas baik maka dapat dilakukan upaya untuk mendapatkan sendiri. caranya adalah dengan melakukan penyerbukan sendiri pada bungah papaya sempurna atau melakukan penyerbukan silang dengan tepung sari dengan bunga sempurna lainya yang masih satu varietas.
Biji untuk benih harus diambil dari buah yang sudah matang secara fisiologis dari pohon. benih yang baik adalah benih yang ada di tengah-tengah (1/3 bagian buah) sebnab bagian ini mengandung biji sempurnah duakili jenis biji lainya.
benih yang telah diambil tersebut perlu mencuci dengan abu dapru tujuanya adalah untuk menghilangkan lender pada biji papaya, setelah bersih maka biji papaya dapat di keringkan di bawa terik matrahari selama satu hari, atau hingga mencapai kadar airnya tinggal 12 %, stelah biji kering benih ytersebut di simpan.
Benih yang belum di pergunakan tersebut disimpan dengan baik, penyimpanan benih harus dapat menjaga daya tumbuh biji agar tetap tinggi, dalam penyimpanan ini banyak factor yang mempengaruhi kondisi biji, di antara keadaan biji itu sendiri, oleh karena itu benih yang disimpan sebaiknya benih yang baik, berukuran besar, tidak pecah-pecah, sehat dan berasal dari buah yang cukup matang, dalam penyimpana kandungan air harus 12 %.
Dalam penyimpanan juga perlu menjaga sushu ruang dan hindarkan dari kelembapan tinggi dan terkena sinar mata hari secara langsung karena factor-faktor tersebut mempengaruhi keadaan benih yang di simpan.
Dalam penanaman ada dua alternative yang bisa di ambil yaitu yang pertama dengan cara persemaian. cara persemaian ini biasanya dapat dilakukan pada media yang gembur dan ketersediaan air yang cukup, cara ini menghasilkan bibnit yang seragam, dan apabial benih hasil persemaian suda tumbuh maka bibit dapat di pindahkan pada lahan yang di siapkan. cara ini memiliki beberapa kelemahan yaitu tanaman bibit papaya mengalami proses stagnasi dan perlu melakukan kerja duakali penanaman.
Selesai cara tanam dengan cara persemaikan terlebih dahulu, cara yang selanjutnya yaitu mrnanam langsung pada lahan uang di sediakan, cara ini benih dapat langsung di tanam jadi tidak perlu ada pemindahan/ transplanting. dapat tumbuh denga cepat dan kuat karena tidak mengalami stagnasi.
Tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh factor intern/ dalam tumbuhan, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa factor ekstern, di antaranya adalah suhu, intetitas cahaya matahari, kelembapan, dan topografi. hal ini sangat erat kaitannya dengan peruses pembelaha sel, prosese metabolisme, dan proses peralihan fungsi.
Tidak ada fase pertumbuhan vegetatif tanaman papaya membutuhkan banyak air tetapi pada tahap pematangan buah papaya tidak membutuhkan air, selain itu dalam perkecamabahan juga membutuhkan banyak air untuk melunakan bagian sel dan melakukan proses metabolisme benih.

Intentitas cahaya menentukan jumlah quanta energi yang diterima oleh tanaman atau benih. intentitas cahaya adalah jumlah total energi yang sampai ke permukaan pada luasan waktu tertentu. dalam intetntitas cahaya ini sangat mempengaruhi dalam perkecambahan benih, pertukaran panas, jaringan, lingkungan, proses transpirasi, respirasi, reaksi biokimia dan fotosintesis dan membantu dalam pembuatan metabolisme benih. daerah atau bagian yang rendah cahaya proses fotosintesis akan rendah, sebaliknya laju respirasi akan tinggi, jika cahaya kebanyakan cahaya maka benih akan mengalami kekeringan dan kadar airnya akan rendah
Cahaya Matahari berperan sebagai sumber energi, cahaya matahari di tangkap oleh klorophil dan diubah menjadi energi kimia oleh foton. proses perubahan gula menjadi protein dan karbonhidrat dan lain-lain semua proses rumit tersebut tanpa cahaya tidak bisa berjalan oleh karena itu cahaya merupakan penentu dalam kehidupan baik hewan maupun tumbuhan.
Sehubungan dengan itu maka dalam mperlakuan ini melakukan dua kondisi yang berbeda yaitu dengan kondisi gelap dan kondisi terang, dari kedua kondisi tersebut ternyata benih yang bertumbuh dengan baik adalah bagian benih yang tidak di tutupi dengan karbon artinya benih yang terkena sinar atau cahaya, sementara bagian benih yang di tutupi dengan karbon ternyata pertumbuhannya kurang baik karena cahayanya terhambat oleh karbon sehingga cahaya ototmatis tidak dapat menembus karbon.
Pada pelaksanaan acara ini selain dengan kondidsi terang dan gelap juga melakukan kondisi fisik pada benih pepaya yaitu ada empat, benih yang dikupas kulitnya, ada sebagian membuka kulit seluruhnya, benih tidak dikupas seluruhnya dan benih dengan aril, dari ke empat tersebut benih yang tumbuh dengan baik adalah benih yang masih utuh sepenuhnya, dalam praktikum ini tidak berhasil sesuai dengan harapan karena benih tersebut tidak di sirami sehingga benih pepaya tersebut banyak yang mati dan tidak tumbuh dengan normal.
Karbon diberikan dengan tujuan untuk menutupi ata menghambat masukny cahaya pada benih yang di semaikan, karbon berfungsi juga sebagai mulsa selain itu karbon mempengaruhi lingkungan sekitar benih pepaya.
Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, yang diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.
Hormon ABA (Asam absisat)
Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
Hormon IAA (asam indol- 3 asetat)
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya (Salisbury dan Ross 1995). IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman.
IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar. (luluk 2003 )
Sodium chlorida sebagai inhibitor benih rekalsitranSodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan pada benih recalsitran dapat terhambat. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut didalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah) yang terdapat di dalam tubuh benih sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut. Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium chlorida (NaCl) maka hal ini dapat teratasi.

KESIMPULAN
Dari pengamata yang dilakukan pada praktikum ini telah diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan benih pepaya diantaranya adalah :
mahasisawa telah mengetahui bahwa benih yang dikupas kulitnya baik itu sebagian maupun seluruhnya tidak baik dalam pertumbuhan, sementara benih yang di berikan atau menutupi dengan karbon kurang baik dalam pertumbuhan.
mahasiswa juga mengetahui bahwa benih yang diperlakukan dengan cara tanpa membuka kulit ternyata tumbuh lebih baik dan benih juga tumbuh baik pada cahaya yang cukup.
Selain mengetahui dua perbedaan di atas juga mahasiswa mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkecambahan benih pepaya.
1. perlakuan terhadap benih
2. faktor genetif dari benih papaya
3. suhu, dan kelembapan di lingkungan setempat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
1. benih pepaya dapat berkecambah dengan baik pada lingkungan yang mendukung misalnya suhu, temperatur, kelembapan dan intentitas cahay yang cukup.
2. benih yang di buka kulitnya tidak tumbuh karena kemungkinan benih tersebut terkontaminasi dengan mikroba sehingga tidak bisa bertumbuh.
3. benih yang diperlakukan dengan menggunakan aril tumbuh lebih lambat karena benih harus menghilangkan arilnya terlebih dahulu, dalam menghilangkan aril ini membutuhkan energi dan waktu yang banyak.
4. pada perlakuan dengan menutup karbon pertumbuhannya tidak baik karena tidak bisa terjadi proses fotosintesis secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Mugisjahi, wahyu damara dan Setiawan, Asep. 1995. Produksi benih. Jakarta : Bumi Aksara

Sutopo, Lita. 1985. Teknologi Benih. Malang : Rajawali press

Tobing, Ronny B.F. 1998. Menabur Benih Menuai Hasil. Jakarta : Patmos

Usman dan Warkoyo. 1993. Iklim Mikro Tanaman. Malang : Ikip
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 10.33 | No comments

tehnik okulasi (grafting) pada tanaman

Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berberda, sehingga membentuk persenyawaan. kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh. Tanaman sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu dan siap untuk ditanam di lapangan. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres. Batang bawah berasal dari tanaman yang ditanam dari biji dan sebaiknya telah berumur 3-4 bulan, sedangkan batang atas diambil dari pohon yang berumur 1 bulan menjelang berbunga, atau dari cabang yang telah berumur 10 bulan. Mata tunas yang diambil adalah yang belum keluar mata tunasnya. Mata tunas sebagai calon bagian atas tanaman diambil dengan cara dipotong membentuk kubus (jangan sampai mata tunasnya rusak). Calon batang bawah juga dipotong (dikelupas/disayat kulitnya seukuran calon mata tunas) agar nantinya dapat ditempel secara tepat. Mata tunas kemudian ditempelkan secara tepat pada calon batang bawah lalu di ikat bagian atas dan bagian bawahnya sehingga air ataupun udara tidak dapat masuk. Setelah mata tunas tumbuh maka tanaman dapat dipindahkan ke lapangan. Jika terdapat percabangan pada bagian atas tanaman (diatas daerah penempelan) maka cabang tersebut dipotong sehingga yang berkembang adalah cabang atas hasil penempelan.
Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya manis tetapi tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain ada rambutan yang masam namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan yang manis dan tahan pada daerah yang tergenang.
Jadi penyambungan disini berarti menyatukan antara batang bawah dan batang atas sehingga gabungan ini benar-benar membentuk individu yang baru. dalam melakukan penyambungan banyak ragamnya di antaranya adalah penyambungan dengan tanaman yang satu jenis tetapi beda warna, ata mempunyai beda sifat digabung dengan maksud agar kedua sifat tersebut bisa bersatu, tanaman cocok untuk menyambung ini umumnya bagian tanaman yang tidak terlalu tua karena apabila terlalu tua maka tanaman tersebut sulit untuk menyatu karena perbedaan sel. selain di atas juga perlakuan ini dengan maksud untuk membentuk tanaman yang satu menjadi beberapa variasi warna yangt berbeda sehingga tampilannya indah untuk dilihat,
menempel biasanya dilakukan pada tumbuhan yang sama genusnya, tujuan menempel bukanlah menghasilkan tumbuhan baru melainkan seperti yang di jelaskan di atas yaitu untuk menggabungkan tanaman dua sifat tumbuhan yang berbeda dengan sifat yang unggul misalnya tanaman kamboja memiliki warna yang bebeda antara tanaman yang satu dengan yang lain sehingga untuk mengggabungkan antara dua warna yang berbeda daalam satu pohon, satu-satunya yang bisa di lakukan adalah dengan metode menempel ini
dalam menempel kita bisa memperoleh tanaman yang berbeda sifat baik warna maupun rasa, selain itu tanaman yang telah disambung harga jualnya lebih mahal dari pada tanaman yang tidak ditempel.
Selain okulasi, cara penyambungan juga bisa dilakukan dengan enten, grafting atau sambung pucuk. Pada sambung pucuk, batang atasnya tidak menggunakan mata tempel tetapi tunas pucuk. Cara penyambungannya ada yang secara langsung, ada pula yang menggunakan teknik penyusuan. Pada sambungan langsung, pucuk tanaman dipotong dan ditempel pada ujung batang bawah yang juga telah dipotong. Pada penyusuan, hanya sebagian kulit batang dikerat, lalu ditempelkan dan diikat. Setelah dua batang ini menyatu, baru tanaman dipotong, dipisahkan.

Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi. Pertumbuhan tanaman yang seragam. Penyiapan benih relatif singkat.
Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi. (I Made 2006)
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu:
terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar. (Irianto 2000)
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu : tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus. Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama. Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuha yang cepat, dan tahan terhadap penyakit. (http://bebas.vlsm.org)

Okulasi termasuk cara perbanyakan tanaman yang cukup populer. Pasti sudah banyak yang tahu cara okulasi. Hanya saja okulasi tak bisa sembarangan dilakukan. Harus tahu langkah-langkahnya. Ada beberapa rahasia yang bisa mempengaruhi keberhasilan okulasi. Yuk, kita simak H. Abdul Ghani, dari Sanggar Buana Flora, berbagi rahasia sukses mengokulasi buah.
Memilih mata Ketepatan memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-cirinya? Pada tanaman jambu dan mangga, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil. Sementara untuk tanaman lain, Adung alias Abdul Ghani menyarankan mata yang sama sekali belum bertunas. Untuk mangga dan duren sering diakali dengan cara perompesan/pelerengan. Caranya? Pangkas habis daun pada pucuk pohon mangga. Perompesan daun akan memacu tumbuhnya tunas baru. Nah, tunas baru itulah yang bisa dipakai.
Cara menyayat Perhatikan juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis.
Cara mengikat Mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air.
Kecepatan kerja Sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat
yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan. (http://k4107078.wordpress.com Kamis, 16 april.)

Pembahsan
Menyambung atau okulasi dalam pelaksanaanya memerlukan tehnik dan cara yang khusus, yaitu memilih tanaman kamboja yang akan disambung, sebelum melakukan penyambungn hal pertama yang di lakukan adalah memilih dan menentukan tanaman yang akan di sambung, dengan memenuhi beberapa kriteria berikut : tanaman harus sevarietas, tidak terlalu tua dan tidak terlalu mudah, tanaman yang sehat, dalam melakukan mekanisme kerjanya memotong bagian tanaman yang akan di sambung, setelah memotong bagian bawah tanaman tersebut memotong dengan bentuk huruf V usahakan potongannya cukup sekali potong agar tidak terjadi goresan pada potongan tersebut, tanaman bagian atas juga di potong tetapi bentuknya lancip, potongan usahakan bisa masuk pas dengan potongan bagian bawah.
Batang atas dan bawah yangt sudah di potong tersebut ditempelkan dengan pas kemudian pada sambungan tersebut di ikat dengan plastik transparan dengan kencang dan rapat, kemudian setelah di ikat pada tanaman bagian atas di buang daun yang tidak perlu, tinggalkan daun hanya dua helai dan pada perlakuan tanaman yang satu memotong semua daun yang tumbuh, sehabis semua daunnya dibuang tanaman tersebut di bungkusi dengan plastik yang transparan , tujuannya adalah untuk mengurangi daya transpirasi dan menaungi dari cahaya matahari secara langsung, plastik pembungkus ( sungkup plastik ) ini boleh dilepas setelah tanaman hasil sambungan mencapai umur 14 hari atau dua minggu.
Dalam penyambungan, terjadi penggabungan antara dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang atas diharapkan akan berkembang pertumbuhan cabang, tunas, dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas yang baik. Di lain pihak batang bawah diharapkan berkembang sistem perakaran yang kokoh, dapat beradaptasi pada kondisi tanah yang kurang subur dan tahan terhadap penyakit. Tanaman hasil penyambungan tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang atas dan batang bawah. Namun karena dalam penyambungan terjadi penggabungan dari dua sistem kehidupan maka dibutuhkan adanya pengakjian bagaimana hasil selanjutnya dari tanaman yang disambung tersebut.

Mekanisme Terjadinya Pertautan antara Batang Atas dan Batang Bawah.
Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Proses pembentukan kalus ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak dan karbididrat yang terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber energi dalam membentuk kalus.
Batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus (Harmann, 1997). Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah yang lebih muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih besardibandingkan dengan tanaman yang lebih tua (Samekto, Supriyanto dan Kristianto, 1995).
Mekanisme terjadinya proses pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah sebagai berikut: (1) lapisan cambium masing-masing sel tanaman baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, (2) sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur, (3) sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan cambium batang atas dan batang bawah yang lama, (4) dari lapisan cambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali (Hartmann, et al.,1997).

Dalam praktikum ini ada dua perlakuan yang dilakukan yaitu pada tanaman yang satu menyisahkan dua atau lebih daun sementara yang satunya tanpa ada daun yang disisakan, dengan dua perlakuan yang berbeda ini maka dalam pertumbuhannya antara tanaman yang satu dengan yang lain berbeda yaitu pada tanaman yang di buang daunya tumbuh daun baru lebih baik dan subur hal ini di sebabkan oleh hematnya dalam pemanfaatan energi karena energi yang didapat langsung digunakan untuk pertumbuhan dan proses penyambungan dengan secara kimiawi dan biologis yaitu pembentukan protein dan karbonhidrat untuk menutup luka yang ada di antara sambungan bawah dan atas, sementara tanaman yang ada daunnya tumbuh sedikit tidak sehat atau tidak kuat karena terjadi pemborosan energi yang didapat dan terjadi penguapan karena ada daun, sehingga hal ini menyebabkan tanaman tumbuh lambat atau masih tidak sehat.
Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyambungan ini adalah bagian daun tanaman, karena pada daun tanaman terjadi banyak proses penguapan akibat cahaya matahari dan akibat proses fotosintesis, oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pemborosan energi dan air maka daun tanaman atas perlu dipangkas dan menyisahkan sedikit saja, jadi tujuan dari pemangkasan daun ini adalah untuk menghemat energi dan air pada tanaman hasil okulasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam suksesnya pertumbuhan tanaman hasil okulasi ini di antaranya yaitu faktor eksternal dan internal, varietas tanaman, hubungan kekerabatan antara batas atas dan batas bawah, keadaan fisiologis tanaman, keserasian bentuk potongan, persentuhan cambium, kegiatan pertumbuhan cambium, kekuatan akar, selain itu faktor internalnya eksternalnya adaalah faktor lingkungan, seperti waktu penyambungan, temperatur, dan kelembapan, cahaya dan faktor yang trakhir yaitu faktor pelaksanaan seperti ketajaman dan kebersihan alat yang digunakan untuk memotong batang, pemeliharaan sambungan, mengurangi transpirasi dengan mengurangi daun atau memberi sangkup plastik.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu: tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.

KESIMPULAN

Jadi dari praktikum pembiakana tanaman secara vegetatif okulasi ini dapat disimpulkan bahwa :
1. proses perlakuan menyambung adalah dengan cara menggabungkaan dua individu yang beda sifat tetapi masih satu varietas, dengan cara menempelkan tanaman bagian atas dan bawah kemudian membungkusi dengan dengan plastik, untuk mengurangi penguapan di lakukan pemotongan daun dan melakukan kontrol selama dua minggu untuk pastkan apakah tanaman hasil okulasi berhasil apa tidak, setelah berhasil maka tanaman bisa membuka plastiknya agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan bebas serta tumbuh dan kembangnya tanaman tersebut.

2. perlakuan yang dilakukan pada tanaman ini yaitu tanaman yang dipotong daun dengan tanaman yang tidak dipotong daun memberikan hasil yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. 485 hal.


Gunawan, Indra. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif. Klaten : Aviva

setiawan, Asep. 1990. Pengantar Produksi Benih. Bandung :
Fakultas Pertanian ITB

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum.
Yogjakarta : Gajah Mada University Press

Tobing, Roni.1998. Menabur Benih Menuai Hasil. Jakarta : Yayasan Patmos

Widyayanto,Rini.2007.Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi.
Jakarta : penebar swadaya

PEMBUATAN MEDIA PEMBIBITAN ANGGREK MENGGUNAKAN MEDIA PISANG DAN AIR KELAPA MUDA


PENDAHULUAN

Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan oleh pemilihan media yang digunakan.
Teknik pembuatan m,edia kultur jaringan ini menekankan lingkungan yang cocok agar benih anggrek dapat tumbuh dan berkecambah dengan baik. secara umum kebutuhan akan nutrisi untuk semua benih sama hanya saja benih anggrek berukuran sangat kecil maka sulit untuk tumbuh di alam bebas, oleh karena itu perlu ada modifikasi media kultur jaringan yang ada dengan campuran buah pisang dan air kelapa mudah .
Dengan komposisi campuran media yang sederhana dapat menghasilkan eksplant bibit tanaman anggrek disemaiakan atau ditaburkan. (Daisy 200 hal 50)
Pada awalnya komposisi media untuk kultur jaringan benih didasarkan pada bahan-bahan yang digunakan untuk kegiatan hidroponik yang berkembang sebelumnya unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik kemudian dikembangkan menjadi media kultur jaringan yang menggunakan bahan kimia, karena bahan kimia harganya relatif mahal maka perlu ada terobosan baru untuk mengembangkan budidaya dengan sistem kultur jaringan dengan bahan dasar yang murah dan mudah didapat tetapi menghasilkan bibit yang baik dan tinggi secara kualitatif maupun kuantitatif, dengan permasalahan inilah maka perlua ada modifikasi media pisang dan air kelapa mudah.
(Untung Santoso dan Fatimah Susanti 2002)


RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat merumuskan perm,asalahan sebagai berikut :
1. Mengapa perlu ada modifikasi media kultur jaringan anggrek ?
2. Bagaimana cara memodifikasi media kultur jaringan anggrek ?
3. Bahan apa saja yang digunakan dalam modifikasi media anggrek ini ?
4. Faktor apa saja yang mendukung dalam pembuatan media kultur jaringan anggrek ini ?

TUJUAN
Tujuan dari perlakuan modifikasi medi kultur jaringan anggrek ini yaitu untuk :
1. menghasilkan media yang sesuai dengan kebutuhan Nutrisi oleh bibit anggrek yang disemaikan.
2. memberi kemudahan kepada petani anggrek dalam mendapatkan bahan media kultur jaringan anggrek dengan harga yang murah dan mudah didapat.
3. memproduksi bibit anggrek dalam jumlah yang besar dengan modal yang murah, untuk memenuhi permintaan pasar akan bibit anggrek.

Rabu, 12 Mei 2010

Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 08.45 | No comments

bagian-bagian alat semprot logam dan fungsinya

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar-Dasar Instrumentasi Pertanian merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa pertanian karena di dalamnya terdapat peralatan pertanian, baik peralatan laboratorium maupun peralatan lapang.
Mendengar kata Laboratorium, identik dengan kegiatan percobaan, praktikum, dan penelitian, dalam beberapa kegiatan yang disebutkan di atas tentu membutuhkan peralatan yang menunjang keberhasilan kegiatan. Peralatan berdasarkan jenisnya dibedakan ada tiga yaitu peralatan logam, alat kaca, dan alat optik.
Peralatan laboratorium bermacam-macam ragamnya demikian juga cara penggunaan dan fungsinya berbeda antara alat yang satu dengan alat yang lain, ada beberapa alat yang namanya sama namun ukuran volumenya atau daya tampungnya berbeda, peralatan laboratorium meskipun barangnya kecil akan tetapi harganya mahal, oleh karena itu pengenalan akan peralatan dan mengetahui cara penggunaannya akan membantu dalam kegiatan penelitian mahasiswa ke depan.
Namun dalam acara praktikum ini dikhususkan hanya pada peralatan Logam saja, peralatan logam umumnya berfungsi untuk menyemprot, memformulasikan bahan pestisida, mensteril peralatan atau bahan, alat logam seperti sprayer untuk menyemprot dan autoclave untuk mensteril peralatan dan bahan.
Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung pada formulasi yang di gunakan, pestisida yang berbentuk granular dalam aplikasinya tidak memerlukan peralatan tetapi pestisida yang berbentuk cairan EC atau bentuk tepung yang di larutkan dalam air WP memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya.

Ada banyak alat penyemprot yang sering di jumpai di pasaran diantaranya yaitu penyemprot gendong (Power Mist Blower And Duster), pengabut semprot tekanan tinggi (High Presure Power Sprayer) dan jenis penyemprot lainnya. penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien.
Dengan adanya praktikum ini, diharapkan mahasiswa agroteknologi sudah mengenal peralatan laboratorium khususnya alat logam, dan mengetahui cara penggunaan yang benar sehingga mampu menggunakan peralatan dengan benar setelah melakukan praktikum ini.


1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui macam-macam alat semprot
2. Mengetahui bagian-bagian alat semprot logam dan fungsinya
3. Mengetahui perbedaan alat semprot otomatis dan semi otomatis
4. memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam Klibrasi pestisida dengan peralatan yang tepat dan benar

BAB II. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Peralatan logam (Alat Semprot) Laboratorium HPT FAPERTA UNEJ

NO. GAMBAR KETERANGAN
1 Nama alat semprot full otomatis.
Terdapat alat pengukur tekanan udarah, terbuat dari logam besi, bagian tutup terdapat pengunci untuk tekanan udarah yang keluar.
Daya tampung 12 liter, memiliki satu tabung yang berfungsi menampung air larutan pestisida sekaligus udarah yang memberikan tekanan.
Memiliki steak pom/ tongkat pompa dan tabung tekanan
Diujung tongkat semprot terdapat Nozle yang mengatur keluarnya air larutan pestisida
2 Alat semprot semi otomatis, di lengkapi dengan alat semprot hidrolik, batang semprot, tabung air, tabung udarah, mulut tangki dan Nozle, tali untuk gendong dan alat pompa manual, kapasitas atau daya tampung 12 liter, terbuat dari logam besi.
Dalam aplikasinya alat ini menggunakan tenaga hidrolik dan selama penyemprotan harus semprot secara kontinyu agar intetntitas semprotan tetap sabil.

3 Autoclave berfungsi untuk mensterilkan semua bahan dan beberapa peralatan. alata ini di lengakapi dengan alat pengukur tekanan, pengunci, Exhoust Volve, safety value atau pengeluaran/ pembuangan udara secara otomatis setelah mencapai suhu dan tekanan maksimum.
Tabung ini terbuat dari bahan logam yang tingkat ketebalannya tinggi. alat ini memiliki beberapa variasi nulai dari sedernaha sampai tercanggih


1 Nama alat semprot full otomatis.
Terdapat alat pengukur tekanan udarah, terbuat dari logam besi, bagian tutup terdapat pengunci untuk tekanan udarah yang keluar.
Daya tampung 12 liter, memiliki satu tabung yang berfungsi menampung air larutan pestisida sekaligus udarah yang memberikan tekanan.
Memiliki steak pom/ tongkat pompa dan tabung tekanan
Diujung tongkat semprot terdapat Nozle yang mengatur keluarnya air larutan pestisida
2 Alat semprot semi otomatis, di lengkapi dengan alat semprot hidrolik, batang semprot, tabung air, tabung udarah, mulut tangki dan Nozle, tali untuk gendong dan alat pompa manual, kapasitas atau daya tampung 12 liter, terbuat dari logam besi.
Dalam aplikasinya alat ini menggunakan tenaga hidrolik dan selama penyemprotan harus semprot secara kontinyu agar intetntitas semprotan tetap sabil.
3 Autoclave berfungsi untuk mensterilkan semua bahan dan beberapa peralatan. alata ini di lengakapi dengan alat pengukur tekanan, pengunci, Exhoust Volve, safety value atau pengeluaran/ pembuangan udara secara otomatis setelah mencapai suhu dan tekanan maksimum.
Tabung ini terbuat dari bahan logam yang tingkat ketebalannya tinggi. alat ini memiliki beberapa variasi nulai dari sedernaha sampai tercanggih
4 Nozle berfungsi untuk menghasilkan butiran cairan yang di semprotkan oleh tongkat semprot, ada macam-macam jenis, bentuk dan variasi yang di ciptakan di sesuaikan dengan kebutuhan dan sasaran objek semprot.
Bentuk atau lubang Nozle sangat mempengaruhi dalam efektifitas dan efisiensi penggunaan pestisida.
Jumlah semprotan atau butiran yang dihasilkan dapat diketahui dengan mengukur semprotan dalam gelas ukur dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat mengetahui kebutuhan ppestisida per/Ha

BAB III. PEMBAHASAN
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama.
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida.
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.



2. Konsentrasi pestisida.
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida
• Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
• Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
• Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot.
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
Secara garis besar ada tiga macam alat semprot yaitu penyemprot gendong, penyemprotpengabut bermotor tipe gendong, mesin penyemprot bertekanan tinggi, beberapa penyemprot yang disebutkan di atas merupakan yang sering dikenal dan digunakan oleh petani kita di lapangan. Sekalipun banyak bentuk dan variasi namun hanya ada dua sistem pompa yaitu sistem otomatis dan semi otomatis.
Penyemprot otomatis tidak memerlukan popmpa ber kali-kali, akan tetapi hanya dipompa sewaktu-waktu bila diperlukan, sementara penyemprot semi otomatis ini selalu dipompa selama cairan yang mengandung larutan pestisida masih ada, masalah efisiensi tenaga yang jelas penyemprot otomatis lebih efisien di bandingkan dengan semi otomatis, dari segi hasilnyapun akan berbeda antara penyemprot ototmatis dan semi otomatis.
Tangki atau tabung yang dijumpai banyak ragam dan bentuknya, ada yang terbuat dari plastik, ada juga yang terbuat dari besi, bentukny ada yang bulat silindris dan ada juga yang berbentuk tabung tergantuk desain dari perusahaan yang memproduksinnya. Sekalipun berbeda dalam bahan tabung, jenis tabung dan ukuran tabung, namun fungsinya tetap sama yanitu sebagai alat semprot berbagai larutan pestisida.
Bagaian yang paling penting dari alat logam ini adalah Nozzle, bagian inilah yang menentukan besar kecilnya partikel semprotan yang di keluarkan dari tabung, besar-kecilnya lubang nozzle ditentukan oleh bentuk dan diameter lubang, semakin kecil lubang nozzle maka semakin halus semprotannya dan semakin luas jangkauan semprotannya, sebaliknya semakin besar lubangnya maka semakin kasar semprotan dan semakin dekat jangkauan semprotan.
Hubungan antara kecil dan besarnya lubang nozzle ini, sangat berkaitan erat dengan kebutuhan dosis pestisida yang di gunakan dalam areal tertentu. Untuk menentukan berapa banyak kebutuhan pestisida dan air yang digunaka maka sebelum mengaplikasikan pestisida ke seluruh areal lahan maka perlu melakukan kalibrasi terlebih dahulu.
Kalibrasi sangat penting di lakukan agar dapat menentukan dosis pestisida yang tepat dan efisien, sehingga secara ekonomi tidak mengeluarkan biaya banyak dan secara ekologi tidak merusak lingkungan akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana.
Berikut adalah bebera standart yang ditentukan sehingga pabrik dalam pembuatan ukuran nozzlenya berdasarkan standart ini.
4. Ukuran droplet .
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
• Veri coarse spray lebih 300 µm
• Coarse spray 400-500 µm
• Medium spray 250-400 µm
• Fine spray 100-250 µm
• Mist 50-100 µm
• Aerosol 0,1-50 µm
• Fog 5-15 µm



5. Ukuran partikel.
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
• Macrogranules lebih 300 µm
• Microgranules 100-300 µm
• Coarse dusts 44-100 µm
• Fine dusts kurang 44 µm
• Smoke 0,001-0,1 µm

6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm




BAB IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, peralatan logam secara garis besar dibedakan atas tiga yaitu : penyemprot gendong (Power Mist Blower And Duster), pengabut semprot tekanan tinggi (High Presure Power Sprayer) dan jenis penyemprot lainnya.
Meskipun banyak variasi alat penyemrpt namun fungsi semuanya sama yaitu sebagai alat penyemprot. Berdasarkan sistem kerjanya maka di bedakan menjadi dua yait alat semprot otomatis dan alat semprot semiotomatis.
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa telah mempelajari, mengenal alat, mengetahui cara penggunaan yang benar dan membedakan alat mana yang paling efektif dan efisien dalam pengendalian OPT dengan pestisida, serta mahasiswa telah mempelajari bagaimana cara Kalibrasi pestisida.

4.2 Saran
Laporan ini sangat jauh dari sempurna, karena di buat dengan tinjauan pustaka yang sedikit dan kebanyakan menguraikan berdasrkan pengalaman praktikan oleh sebab itu, pada praktikum ke depan agar bisa membuat lebih baik dari laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Annonim, 2010. Peralatan Kimia. Di dowload tgl. 19. April 2010.
Sutedjo, Mulyo Dkk. 1991. Mikro Biologi Tanah. Bineka Cipta : Jakarta
Wudianto, Rini. 2004. petunjuk penggunaan pestisida. Penebar swadaya : Jakarata
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 08.42 | No comments

praktikum Dasar-Dasar Instrumentasi peralatan pertanian optik

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar-Dasar Instrumentasi Pertanian merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa pertanian karena di dalamnya terdapat peralatan pertanian, baik peralatan laboratorium maupun peralatan lapang.
Mendengar kata Laboratorium, identik dengan kegiatan percobaan, praktikum, dan penelitian, dalam beberapa kegiatan yang disebutkan di atas tentu membutuhkan peralatan yang menunjang keberhasilan kegiatan. Peralatan berdasarkan jenisnya dibedakan ada tiga yaitu peralatan logam, alat kaca, dan alat optik.
Peralatan laboratorium bermacam-macam ragamnya demikian juga cara penggunaan dan fungsinya berbeda antara alat yang satu dengan alat yang lain, ada beberapa alat yang namanya sama namun ukuran volumenya atau daya tampungnya berbeda, peralatan laboratorium meskipun barangnya kecil akan tetapi harganya mahal, oleh karena itu pengenalan akan peralatan dan mengetahui cara penggunaannya akan membantu dalam kegiatan penelitian mahasiswa ke depan.
Namun dalam acara praktikum ini dikhususkan hanya pada peralatan Optik saja, peralatan optik umumnya berfungsi untuk mengamati dan mengidentifikasi mikrobia, dalam sejara perkembangan mikroskop terus mengalami kemajuan yang semakin lama teknologi mikroskop terus berkembang ke arah yang lebih maju, sehingga sampai saat ini ada beberapa jenis mikroskop yang di hubungkan dengan monitor komputer sehingga memudahkan penggunaan dalam kegiatan pengamatan mikroorganisme, sekalipun demikian fungsi dari mikroskop tersebut tetap sama yaitu sebagai alat optik yang mampu mengamati mikroba dengan perbesaran tertentu.
Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian dalam bidang biologi, dan kimia karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda yang kecil. Ada 2 macam mikroskop, yaitu mikroskop optic dan mikroskop electron. Mikroskop optic yang sering digunakan adalah mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Salah satu pengukur objek miskroskopis adalah micrometer. Ada 2 macam micrometer yaitu micrometer objektif dan micrometer okuler. Alat ini dapat berfungsi apabila dipakai bersama-sama dengan mikroskop. Sedangkan mahasiswa sendiri tidak semua nya mengerti tentang permasalahan diatas. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui macam-macam mikroskop, bagaian-bagain mikroskop dan fungsinya serta hal-hal lain yang berhubungan dengan mikroskop itu sendiri.
Dengan adanya praktikum ini, diharapkan mahasiswa agroteknologi sudah mengenal peralatan laboratorium khususnya alat optik, dan mengetahui cara penggunaan yang benar sehingga mampu menggunakan peralatan dengan benar setelah melakukan praktikum ini.


1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui macam-macam mikroskop
2. Mengetahui bagian-bagian mikroskop dan fungsinya
3. Mengetahui sifat-sifat banyangan pada mikroskop
4. Melatih ketrampilan dalam pengaturan obyek mikroskopis dalam mikrometer
BAB II. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Peralatan optik (Mikroskop) Laboratorium HPT FAPERTA UNEJ


GAMBAR KETERANGAN PREPARAT
Mikroskop elektrik
Digunakan untuk mengamatai mikroba
Mikroskop Cahaya
Digunakan untuk mengamatai mikroba
Mikroskop Binokuler
Digunakan untuk mengamatai serangga dan biji gulma
Mikroskop Sederhana
Digunakan untuk mengamatai mikroba

Tabel 2. Hasil Download Peralatan optik (Mikroskop) dari Internet

GAMBAR KETERANGAN PREPARAT
Mikroskop Cahaya
Digunakan untuk mengamatai mikroba
Mikroskop Binokuler elektrik
Digunakan untuk mengamatai serangga dan biji gulma
Mikroskop Okuler Cahaya
Digunakan untuk mengamatai mikroba
Mikroskop Binokuler elektrik

Digunakan untuk mengamatai mikroba
BAB III. PEMBAHASAN
Mikroskop (bahasa Yunani: micron = kecil dan scopos = tujuan) adalah sebuah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopik, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.
Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana (yang umumnya digunakan pelajar) dan mikroskop riset (mikroskop dark-field, fluoresens, fase kontras, Nomarski DIC, dan konfokal).
Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu: Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler, Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.
Tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan dari benda yang dimikroskop lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbgai faktor, diantaranya titik fokus kedua lensa (objektif f1 dan okuler f2, panjang tubulus atau jarak (t) lensa objektif terhadap lensa okuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata normal(sn).
Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar. Jika seseorang yang menggunakan mikroskop cahaya meletakkan huruf A di bawah mikroskop, maka yang ia lihat adalah huruf A yang terbalik dan diperbesar.
Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop memeiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.Lensa okuler pada mikroskop bias membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Paada ujung bawah mikroskop terdapat dudukan lensa obektif yang bias dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa mikroskop yang lain.
Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih barasal dari sinar matahari yang dipantulkan oleh suatu cermin dataar ataupun cukung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin in akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapai lampu sebagai pengganti cahaya matahari. Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah specimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.Lensa okuler, merupakan lensa likrskop yang terdpat dibagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Perbesran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali.Lensa kondensor berfungsi untukk mendukung terciptanya pencahayaan padda objek yang akan difokus, sehinga pengaturrnnya tepat akan diperoleh daya pisah maksimal, dua benda menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfatjika daya pisah mikroskop kurang baik. (Mikroskop wikipeda 12/04/2010)
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang berukuran relative besar. Mikroskop stereo memiliki perbesasran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat dilihat secara 3 dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hamper sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif. Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandinhkan denan mikroskop cahaya ssehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga objek yang tebbbbbbbal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasannya 3 kali, sehingga prbesaran objek total minimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat. Pada daerah dekat lenda objektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator. Pengaturan focus objek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengaturan perbesaran terletak diatas pengatur fokos. (Mikroskop wikipeda 12/04/2010)
Mikroskop Elektron Adalah sebuah mikroskop yang mampu melakuakan peambesaran obyek sampai duajuta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro maknetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan p[embesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada mikroskop cahaya. Mikroskop electron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro maknetikmyang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Macam –macam mikroskop elektron:
1) Mikroskop transmisi elektron (TEM)
2) Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
3) Mikroskop pemindai elektron
4) Mikroskop pemindai lingkungan electron (ESEM)
5) Mikroskop refleksi elektron (REM) (Mikroskop wikipeda 12/04/2010)
Sifat bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif dan lensa okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik dan diperkecil. Sedngkan lensa okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak dan diperbesar. Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik fkus lensa objektif. Sedangkan mata kita tepat berada I lensa okuler.
Mata pengamat berda dibelakang lensa objektif yang kebetulan bayangan dari okule tepat di titik focus ensa okuler dinamakan pegamat secara rilks dan pengamatan dilakukan secara terakomendasi bila bayangan objektif berada diruang etama okuler. Mikroskop yang terdiri dari lensa positif bayangan akhir barada jauh tak terhingga, yang memiliki sifat bayangan diperbesar, maya dan tegak


DAFTARA PUSTAKA
Annonim 1, 2010. Peralatan Kimia. Di dowload tgl. 18.februari 2010.

Annonim 2. Mikroskop wikipeda , di dowload tgl 12/04/2010.

Sutedjo, Mulyo Dkk. 1991. Mikro Biologi Tanah. Bineka Cipta : Jakarta

Volk, Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 08.37 | No comments

Dasar-Dasar Instrumentasi Pertanian peralatan kaca

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar-Dasar Instrumentasi Pertanian merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa pertanian karena di dalamnya terdapat peralatan pertanian, baik peralatan laboratorium maupun peralatan lapang.
Mendengar kata Laboratorium, identik dengan kegiatan percobaan, praktikum, dan penelitian, dalam beberapa kegiatan yang disebutkan di atas tentu membutuhkan peralatan yang menunjang keberhasilan kegiatan. Peralatan berdasarkan jenisnya dibedakan ada tiga yaitu peralatan logam, alat kaca, dan alat optik
Peralatan laboratorium bermacam-macam ragamnya demikian juga cara penggunaan da fungsinya berbeda antara alat yang satu dengan alat yang lain, ada beberapa alat yang namanya sama namun ukuran volumenya atau daya tampungnya berbeda, peralatan laboratorium meskipun barangnya kecil akan tetapi harganya mahal, oleh karena itu pengenalan akan peralatan dan mengetahui cara penggunaannya akan membantu dalam kegiatan penelitian mahasiswa ke depan.
Namun dalam acara praktikum ini dikhususkan hanya pada peralatan kaca saja, peralatan kaca umumnya berfungsi untuk mengukur bahan, menumbuhkan mikroba, dan mereaksikan bahan kimia, peralatan laboratorium seperti : gelas ukur, petridish, labu ukur, pipet gelas dan lain-lain tersebut dari bahan kaca dengan ukuran panjang dan ketebalan tertentu, sesuai dengan fungsinya, mengapa peralatan seperti yang disebutkan di atas terbuat dari kaca? Karena kalau alatnya terbuat dari kaca maka bisa tembus pandang dan tembus cahaya.
Dengan adanya praktikum ini, diharapkan mahasiswa agroteknologi sudah mengenal peralatan laboratorium khususnya alat kaca, dan mengetahui cara penggunaan yang benar sehingga mampu menggunakan peralatan dengan benar setelah melakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
• Mengenal beberapa peralatan dari kaca
• Mengetahui jenis, merk, fungsi dan macam-macam bentuk serta ukuran


BAB II. HASIL PRAKTIKUM
2.1 Hasil Praktikum
Hasil Praktikum terlampir di balik halaman ini

BAB.III PEMBAHASAN
Pada umumnya Alat-Alat Yang digunakan di laboratorium terdiri dari alat-alat yang Terbuat Dari bahan Gelas, mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan tersebut antara lain adalah bahan gelas tidak mudah bereaksi dengan hampir semua bahan kimia, gelas besifat bening sehingga memudahkan pengamatan terhadap warna dan isi cairan yang terdapat di dalamnya. gelas juga tahan terhadap perubahan suhu, mudah dibesihkan karena sifatnya yang licin dan tidak terlalu berat karena berat jenisnya relatif rendah.
Sedangkan kekurangannya adalah mudah pecah sehingga harus hati-hati dalam menggunakannya. Menurut bahan-bahan dasar yang digunakan maka alat-alat di laboratorium pada umumnya terdiri dari dua tipe yaitu : gelas soda (soft glas dan gelas bolosilikat alat-alat yang terbuat terbuat dari bosilika lebih tahan panas dibandingkan dengan gelas sodah dan relativ lebih banyak digunakan di laboratorium, dalam merk dagang alat-alat seperti ini di kenal dengan nama Pyrex hysil, davisil dan lain-lain. Adapun alat-alat yang telah di amati dalam praktikum ini dapat dibahas sebagai berikut:
Erlemeyer
Erlemeyer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca atau botol yang memiliki beberapa variasi bentuk, diantaranya berdasar bulat berleher panjang, berdasar bulat berleher pendek, dan berdasar datar.
Erlemeyer berfungsi sebagai tempat menyimpan suatu media, dan penggunaanya yang terutama titrasi dalam analisa bahan kimia, erlemeyer biasanaya tidak digunakan untuk membuat endapan yang perlu di saring. pada bagian ujung terdapat penutup yang pas pada permukaan mulutnya, sehingga dalam menutupnya tinggal meletakan lalu tekan sedikit saja, erlemeyer yang dasarnya bulat memerlukan alat yang ada bolongan berbentuk bulat, sementara untuk yang dasarnya datar tidak perlu, bahanya terbuat dari bahan kaca, masalah ketebalan erlemeyer tergantung pada penggunaanya, yang mana untuk menyimpan bahan yang sushunya panas maka ketebalannya lebih tebal, sementara penyimpanan suhu rendah ketebalannyaq cukup tipis.
Erlemeyer umumnya tidak mempunyai warna tujuanya agar mudah mengamati setiap endapan yang dilakukan. Erlemeye di bedakan atas dua yaitu, erlemeyer yang sudah mempunyai ukuran dan erlemeyer yang tidak mempunyai ukuran, selain itu erlemeyer mempunyai daya tampung yang berbeda tergantung ukurannya. Dalam praktikum ini erlemeyer yang diamati adalah erlemeyer yang daya tampungnya 1000ML bermerk milik Pyrex, buatan IWAKI Jepang.
Gelas Ukur
Gelas ukur adalah alat yang biasanya dipakai untuk mengukur takaran benda cair. Gelas ukur ini sering digunakan dalam dunia masak-memasak. Akan tetapi, gelas ukur juga dipakai dalam percobaan kimia di laboratorium. Nah untuk membedakannya, gelas ukur yang dipakai di laboratorium disebut dengan tabung kimia.
Gelas ukur untuk memasak bentuknya lebih menyerupai gelas. Hanya saja, bentuk bagian atasnya lebih melebar dari bagian bawahnya. Sementara gelas ukur untuk percobaan kimia bentuknya lebih menyerupai tabung, Karena itulah, disebut dengan tabung kimia. Umumnya, gelas ukur terbuat dari bahan plastik dan gelas atau kaca. Selain bahan pembuat, bentuk gelas ukur saat ini juga lebih beragam, meski bahan pembuatnya berbeda-beda, kegunaannya masih tetap sama, yakni sebagai alat ukur bahan yang berupa cairan.
Fungsi gelas ukur untuk memasak hampir sama dengan timbangan. Bedanya, gelas ukur dipakai untuk benda cair, sedangkan timbangan lebih sering digunakan untuk benda padat. Meski begitu, gelas ukur juga berguna untuk mengukur takaran benda padat. Nah, benda padat yang dimaksud di sini adalah yang berbentuk bubuk. Misalnya gula, tepung, dan beras. gelas ukur umumnya dipergunakan untuk mengeluarkan sejumlah volume cairan tertentu secara tidak tepat atau kira-kira, ukurannya bervariasi mulai dari 5 ml sampai 2 liter. Pada perkembangannya gelas ukur kini sudah ada yang canggih yang mana di lengkapi dengan teknologi digital, oleh karena itu secara umum gelas ukur dibedakan atas gelas ukur biasa dan gelas ukur digital. Pada acara praktikum ini gelas ukur yang diamati bervolume 25ML bermerk milik Pyrex, buatan IWAKI Jepang.

Tabung Reaksi
Tabung Reaksi adalah Alat Untuk merekasikan bahan kimia yang berupa bahan kimia cair. tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan berbagai macam reaksi kimia, di dalam laboratorium mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk membuat biakan atau kultur mikroba.
Ukuran dan bentuk tabung rekasi macam-macam sesuai kegunaannya, yang paling kecil digunakan untuk meminjarkan dan yang lebih besar dapat untuk mendidihkan, dalam fungsinya tabung breaksi ada yang digunakan untuk memanaskan media atau bahan kimia dengan suhu tertentu, ada juga untuk mendinginkan bahan kimia, kaitanya dengan itu maka, tingkat ketebalan dari tabung reaksi sangat erat kaitanya dalam memilih alat, untuk memanaskan maka bahan kacanya lebih tebal dibandingkan dengan tabung reaksi yang digunakan untuk mendinginkan bahan, karena tingkat ketebalan menentukan ketahanan terhadap suhu. Kalau di lihat tabung reaksi hampir sama dengan gelas ukur hanya yang membedakan adalah tabung reaksi tidak ada ketentuan ukuran di alatnya, sementara pada gelas ukur terdapat takaran yang jelas dan pada tabung reaksi tidak terdapat kaki dan bibir. Pada acara praktikum ini tabung reaksi yang digunakan adalah berukuran 50ML Dan bermerk milik Pyrex, buatan IWAKI Jepang.
Pipet Tetes
Pipet adalah suatu alat laboratorium yang terbuat dari botol atau kaca yang ujungnya di pasangi karet, berfungsi untuk mengambil dan memindahkan cairan dalam jumlah mili liter pertetesnya. sesuai dengan kegunaannya dikenal dua macam pipet yaitu pipet mohr dan pipet volumetric. Pipet mohr mempunyai garis-garis skala seperti buret, cairan dapat dikeluarkan berdasarkan jumlah yang diperlukan, sementara pipet volumetric adalah pipet yang isinya sudah tertentu terutama digunakan untuk memipet larutan-larutan baku dalam volume tertentu secara tepat. Alat ini bentuknya sederhana, titpis ringan dan karet di bagian ujungnya berwarna merah fungsinya adalah memompa agar ada udarah yang masuk dan keluar sehingga busa menarik cairan dan melepaskan bahan cairan yang hendak kita pindahkan. Pada pengamatan ini pipet yang digunakan adalah pipet kecil yang berukuran 25cc, panjang pipetnya 20 cm.
Beaker gelas
Beaker adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan kaca yang fungsinya untuk menampung bahan-bahan yang berupa cairan, alat ini hampir mirip dengan gelas ukur hanya yang membedakan ukurannya lebih besar, terdapat angka-angka yang menunjukan ukuran mili liternya, bagian bawahnya datar, sementara bagian mulutnya terdapat bibir yang fungsinya untuk memudahkan dalam menuangkan cairan agar tidak menebar, bila di pindahkan atau di keluarkan.
Objek gelas
Objek glass digunakan untuk meletakkan spesimen yang akan diamati di bawah mikroskop. Alat ini cukup sederhana, tipis dan ukuran panjangnya 3 cm dan panjangnya 1 cm, objek gelas kelihatan bening, sehingga tembus pandang, fungsinya adalah tempat meletakan preparat atau objek yang akan di amatai dengan mikroskop, sehingga dapat di katakan seperangkat alat mekaniknya mikroskop.
Sterill plant
Steril Plant plant atau penumbuh steril, alat ini sama dengan cawan petri hanya yang membedakan adalah ukurannya, steril plant lebih kecil dibandingkan dengan cawan petri, fungsinya untuk menumbuhan media, alat ini cukup sederhana tetapi manfaatnya sangat besar, steril plant terdiri atas dua bagian yaitu bagian alas dan tutup, bagian tutup ukuran atau diameternya lebih besar dibandingkan bagian alas, tujuannya adalah agar bisa menutupi sehingga udarah yang kontaminasi tidak bisa masuk, steril plan bening dan tembus pandang, ketebalan gelasnya lebih tebal.
Corong Gelas
Corong gelas, berbentuk seperti bunga terompet, baguan mukanya lebih lebar dibanding bagian dalam atau belakangnya, bagian belakang tersebut di beri saluran yang berguna untuk turunnya cairan dari mulut corong ke gelas yang akan di pindahkan, fungsinya corong gelas yaitu alat untuk memindahkan bahan cairan, agar bahan yang dipindah tidak tertuang di luar sasaran akibat mulut alat penampung yang kecil, dengan corong gelas maka diharapkan tidak terbuang cairan kimia yang dipindahkan. Corong gelas ukuranya bervariasi mulai dari yang mini sampai yang besar.
Mortar Dan Stanpell
Alat ini jika diterjemahkan bahasa indonesia yaitu ulekan, atau penumpuk bahan yang padat atau kristal, alat ini terdapat dua pasang yang besar sebagai penampung dan yang kecil sebagai pengulek, alat ini terbuat dari bahan keramik, alasan mengapa terbuat dari keramik? Karena fungsinya untuk menghaluskan sehingga alatnya dibuat dari kaca akan mudah pecah, dengan alasan itulah maka alat ini sengaja di buat dari keramik agar tahan terhadap tekanan dan mendapatkan hasil ilekan yang benar-benar halus.
Bol Pipet
Bol pipet atau bola pipet alat ini terdiri dari beberapa komponen, bagian kaca, karet yang berbentuk seperti huruf T kecil terbalik, dan bagian bola karetnya, fungsinya adalah untuk mengambil larutan sesuai dengan ukuran tertentu, bola berfungsi untuk mempompa udara agar masuk dan keluar, sehingga setelah dipompa dari luar kemudian di lepaskan dari dalam bahan cairan maka cairan akan mengisi bagian penampung kaca, dan bila mau membuang atau mengeluarkan cairan yang berlebihan maka tinggal melepaskan bagian bolanya saja, pada alat tersebut terdapa keternag tulisan yaitu A, S, dan E, Propipet berfungsi untuk mengambil larutan dari suatu media ke media lain. Propipet terdiri dari tiga bagian yaitu: A Berfungsi untuk mengosongkan udara S Berfungsi untuk menghisap atau menyedot udara E Berfungsi untuk mengeluarkan cairan. Berdasarkan fungsinya bol pipet sama denga pipet gelas.
Labu Ukur
Labu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai menunjukkan garis meniskus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadets hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu
(meniskus berada di atas garis leher)
Mikropipet
Mikropipet alat ini komponennya lebih kopleks, terdiri atas beberapa element penyusun dan dan bila di angkat lebih besar dikarenakan alat ini dilapisi beberapa bagiannnya dengan besi atau aluminium, alat ini berfungsi untuk mengambil dan memindahkan koloni mikroba dalam jumlah tertentu, pada praktikum ini di amati mikropipet yang merknya socorex buatan swiss, terbuat dari campuran macam-macam bahan.
Exilator
Eksilator bentukny besar mempunyai ruang yang luas, terdapat batasan yang membatasi bagian atas dan bawah, alat ini terdiri atas kaca, funsinya adalah untuk menyimpan bahan-bahan padat atau serbuk yang mudah mengikat air, tujuannya adalah menghindari air terikat dalam bahan yang disimpan.
Botol Reagen
Seperti namanya, alat ini terbuat dari kaca, botol reagen mempunyai tutup terbuat dari kaca yang pas sehingga tidak ada cela, funsinya adalah untuk menyimpan bahan kimia yang mudah menguap, botol reagen berarti botol untuk mereaksikan bahan dan menyimpan bahan kimia.
Sebenarnya masih banyak alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca, tetapi dengan keterbatasan waktu, sehingga tidak semuanya digambarkan atau di amati, tetapi beberapa alat yang dibahas di atas merupakan alat-alat yang paling umum digunakan dalam kegiatan penelitian, dan praktikum.
BAB IV. KESIMPULAN
Setelah melakukan Prkatikum ini, mahasiswa atau Praktikan telah menganal bahwa peralatan dibuat dari kaca, agar mudah dalam pengamatan, kontrol dan mudah dibersihakn. Beberapa alat memang sama tetapi fungsimya berbeda atau sebalikya funsinya sama tetapi alatnya berbeda. Peralatan yang baik adalah peralatan yang bermerk karena kualitasnya terjamin.

DAFTAR PUSTAKA
Annonim, 2010. Peralatan Kimia. Di dowload tgl. 18.februari 2010.
Sutedjo, Mulyo Dkk. 1991. Mikro Biologi Tanah. Bineka Cipta : Jakarta