Kamis, 03 Juni 2010

Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 19.29 | 1 comment

mencangkok tanaman (air layerage)

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengembangkan pembudidayaan tanaman.secara garis besar kita mengenal dua cara pengembangbiakkan tanaman,yaitu secara vegetatif alami dan secara vegetatif buatan.namun yang akan kita bahas kali ini adalah pengembangbiakkan secara vegetatif buatan.sebab cara ini sering dilaksanakan untuk pembudidayaan tanaman. Misalnya mencangkok, merunduk, dan menyambung. Disini hanya akan membahas salah satu cara perkembangbiakkan tanaman yang termasuk dalam vegetatif buatan,yaitu mencangkok. Mencangkok adalah salah satu cara murah dan mudah untuk mengembangbiakkan tanaman.Cangkok (air layerage) merupakan salah satu contoh cara pembiakan tanaman dengan cara Vegetatif buatan,yang dapat pula terjadi secara ilmiah.Pembentukan akar pada layerage dapat di permudah dengan perlakuan seperti pelukaan,pengikatan,etiolasi,dan penyalaharahan dari batang (disorientasi),yang mempengaruhi suatu gerakan dan penumpukan enzim auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut.pencangkokan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu tumbuhan,sehingga pemanfaatan terhadap tumbuhan tersebut menjadi lebih optimal.dimisalkan pencangkokan pada tumbuhan mangga.dengan mencangkok tumbuhan mangga,kita bisa mendapatkan buah yang lebih baik dari tumbuhan tersebut.dan tentunya masa tumbuh yang relatif lebih singkat. Mencangkok sendiri sebenarnya adalah suatu peristiwa translokasi,yaitu dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan xilemdibiarkan utuh. Setelah beberapa lama akan terjadi penggembungan pada bagian yang di sayat karena ada timbunan bahan organik. Bagian bekas luka yang menggembung disebut kalus. Pada batang atau akar tumbuhan dikotil, jika mengalami luka maka akan ada usaha untuk memperbaiki bagian tesebut dengan pembentukan kalus dan dengan bantuan hormon luka atau kambium luka (asam traumalin).

Translokasi dapat pula diamati pada pengeluaran getah pada proses penyadapan. Pada perbanyakan dengan cara mencangkok batang bawah tidak diperlukan karena pada cara ini perakaran keluar langsung dari cabang pohon induk yang dicangkok. Cara perbanyakan vegetatif dengan stek pada prinsipnya menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Kelebihan bibit vegetatif yaitu kualitas tanaman keturunan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya,bibit berumur genjah (cepat berbuah).Sebagai contoh adalah tanaman manggis asal bibit susuan dapat berbuah lima tahun setelah tanam, sedangkan bibit yang berasal dari biji baru berbuah 10-15 tahun setelah tanam. Contoh yang lain adalah bibit durian hasil okulasi dapat berbuah 46 tahun setelah tanam,sedangkan bibit asal biji akan berbuah setelah berumur lebih dari 10 tahun setelah tanam.
Pembiakan Vegetatif dengan cara cangkok ini dapat dibedakan menjadi 2 macam cara yaitu:(1) pencangkokan dalam tanah
(2) Pencangkokan di atas tanah
Pencangkokan dalam tanah yaitu proses perbanyakan tanaman dengan cara melakukan pelengkungan cabang,yang kemudian di benamkan ke dalam tanah.biasanya tanaman yang sering di perbanyak dengan cara seperti ini haruslah mempunyai batang tanaman yang lentur,dan mudah untuk di bengkokkan tanpa adanya kerusakan sama sekali.pada bagian batang yang akan di lenturkan dan ditimbun biasanya dilukai terlebih dahulu gunanya untuk menstimulir terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum di pisahkan dari tanaman induknya.
Waktu pencangkokan tidaklah tergantung pada musim atau yang lain.Musim hujan maupun kemarau sebenarnya bukan masalah.walaupuan keduanya ada kelebihan dan kekurangannya.Mencangkok pada musim hujan,tentunya kita tidak usah repot-repot untuk menyiramnya.lagi pula jika kita melakukan pencangkokan pada awal musim hujan,dalam musim itu juga cangkokan telah jadi dan dapat ditanam.Kalau mencangkok pada musim kemarau,memang kita harus rajin-rajin untuk menyiramnya agar tingkat

kelembaban media tanamnya tetap terjaga.tapi lazimnya cangkokan pada musim kemarau lebih cepat,karena pada saat musim ini pertumbuhan akar sedang aktif.
Dalam proses pencangkokan hendaknya lapisan kambium yang terdapat pada batang dihilangkan.kambium ini berperan besar dalam membentuk pembuluh-pembuluh tapis (phloem) sekunder ke arah sebelah luar dan membentuk pembuluh-pembuluh kayu (xylem) sekunder ke arah dalam.Dengan dibuangnya lapisan kambuim yang terdapat pada batang ketika waktu penyayatan dan pengupasan kulit batang,maka zat-zat makanan ataupun segala sesuatu yang berasal dari atas sayatan tidak akan dapat ke bawah sayatan menuju ke akar.
Pembiakan tanaman secara vegetatif dengan metode cangkok (Air Layerage) memang sudah dikenal sejak dulu,bahkan dapat dikatakan suatu car perkembangbiakan tertua di dunia.namun yang demikian hasilnya sering mengecewakan pencangkokannya,mereka ada yang gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total.kegagalan ini bisa dilihat dari bagian tanaman yang di atas keratan/luka yang kering atau mati.untuk menghindari hal-hal tersebut kita harus memperbaharui cara mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian(Ashari S,1995).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok.Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu

pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga
(Rishan Anwar , 2008).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon buah-buahan dan tanaman hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll.
Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai misal adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman rambutan telah tumbuh dan benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja.Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta mempercepat pertumbuhan buah (Tohari.1992).