Selasa, 07 Desember 2010

Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 11.53 | No comments

KONSOLIDASI LAHAN PETANI



Kepemilikan lahan yang sempit dan terpencar merupakan kendala umum bagi usaha tani tanaman pangan di Indonesia. Kualitas lahan dan lingkungan yang makin hari makin terdegradasi tentunya akan berimplikasi pada rendahnya efisiensi usaha tani. Kendala lain adalah minimnya ketersediaan modal untuk mengelola usaha tani dan kurangnya pengetahuan petani dengan teknologi pertanian. Program pemerintah yang digunakan sebagai stimulus penyediaan saprodi berupa kredit pun sering bermasalah. Program kelompok usaha agribisnis terpadu (KUAT) dan corporate farming, misalnya, belum secara optimal mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Tingkat pengelolaan lahan umumnya juga tidak efisien karena skala usaha yang demikian rendah. Kondisi ini diperburuk oleh harga produk yang biasanya jatuh pada musim panen. Berkaitan dengan masalah tersebut, dukungan infrastruktur, lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan sebagai aspek pendorong usaha tani.
Dengan banyak permasalahan yang dihadapi oleh petani kita di atas, maka peranan penyuluh sangat penting, penyuluh di sini di harapkan mempunyai kemampuan pengetahuan yang luas sehingga, mampu memecahkan masalah yang di hadapi oleh petani, seorang penyuluh diharapkan mampu membentuk Konsolidasi lahan pertanian untuk meningkatkan produksi dan mensejahterakan petani.
Sebagai contoh data berikut adalah contoh Persentase rumah tangga berdasarkan luas kepemilikan dan garapan lahan sawah dan lahan kering di Luar Jawa dapat di lihat pada tabel 1 berikut, data ini menunjukan bahwa rata-rata kepemilkikan lahan petani kita rata-rata sangat kecil, sehingga perlu di lakukan konsolidasi lahan.

Secara Harafiah atau devinisi Konsolidasi adalah menyatukan seluruh sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang, Memenangkan persaingan berarti menjadi yang terbaik dalam melayani kebutuhan konsumen / klien saat ini dan dimasa datang.
Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi kondisi usaha saat ini, diteruskan dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut dibuat lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke jangka menengah dan panjang yang meliputi pengembangan sistem manajemen agar perencanaan dan implementasi bisa sejalan, memberikan perioritas pada pengembangan yang dilakukan secara terus menerus, pengembangan pasar dilakukan sistimatis dan efisiensi menjadi acuan prestasi.
Dalam aplikasinya dalam bidang pertanian, seorang penyuluh memberikan konsep mengenai konsolidasi lahan petani yang rata-rata kecil yang luasanya hanya 0 koma sekian Hektar tersebut. Seperti data pada table 1. Di Jawa, sekitar 88,00 % rumah tangga petani menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 hektar dan sekitar 76,00 % menguasai lahan sawah kurang dari 0,25 hektar. Kondisi penguasaan lahan sawah di luar Jawa masih lebih baik di banding di Jawa.
Dengan luas lahan petani yang kecil ini maka jika di hitung untung dan ruginya maka hasilnya petani akan rugi karena, biaya operasional yang di keluarkan dalam tahap SAPRODI sangat besar. Oleh karena itu untuk efisiensi biaya operasional maka perlu ada upaya konsolidasi lahan, melalui kelompok tani oleh penyuluh, Kepemilikan tanah petani yang kecil tersebut setelah di konsolidasi maka akan terbentuk lahan yang luas, petani harus bersatu dan menjalankan usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Model konsolidasi tampaknya mumpuni untuk dijadikan sebagai alternatif strategi pemberdayaan petani. Namun dalam implementasinya patut berhati-hati. Sebagai tahap prakondisi, pengembangan model konsolidasi sebaiknya jangan dilakukan secara besar-besaran seperti pada kasus Kelompok Tani dan Kredit Usaha Tani (KUT), dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP).
Pengembangan model konsolidasi sebaiknya dilakukan melalui model percontohan sebagai protoipe untuk kemudian dijadikan sebagai pembanding untuk pengembangan di daerah lain.
Namun pada kenyataanya di lapangan penyuluh tidak mudah untuk menkonsilidasikan lahan petani, hal ini terkait dengan sosial budaya masyarakat tani setempat, tidak semua petani mau di ajak kerja sama karena akan merasa dirugikan sehingga petani tidak mau bergabung. Sebenarnya petani tidak menerima konsolidasi karena kurang pengetahuan, oleh karena itu di sinilah seorang penyuluh menjalankan fungsinya sebagai pemberi informasi dan teknologi kepada petani supaya petani mempunyai pengetahuan. Dan pada akhirnya petani bersatu dalam arti menjalankan usaha budidayanya dengan konsolidasikan lahannya ke dalam suatu kelompok yang mempunyai pengurus yang baik, misalnya kelompok tani.

KESIMPULAN

1. Kepemilikan lahan yang sempit dan terpencar merupakan kendala umum bagi usaha tani tanaman pangan di Indonesia.
2. Di Jawa, sekitar 88,00 % rumah tangga petani menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 hektar dan sekitar 76,00 % menguasai lahan sawah kurang dari 0,25 hektar.
3. Untuk meningkatkan produksi pertanian dan meningkatkan kesejateraan petani maka perlu melakukan konsolidasi lahan.
4. Peranan penyuluh sangat penting dalam mengkonsolidsi lahan petani, oleh karena itu penyuluh harus mampu meberikan pengetahuan dan membentuk kelompok tani yang solid.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian : Bogor

Manan, Hilman. 2007.Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Tahun 2005 – 2009 (Review): Jakarta

Nuryanti, S. 2003. Pemberdayaan Petani dengan model Cooperative Farming. Pusat penelitian dan pengembangan social ekonomi pertanian : Bogor

Setiawan, Iwan. 2008. collective farming sebagai alternatif strategi Pemberdayaan petani : Bandung

Subekti, Sri. 2008. Penyuluhan Pertanian. FAPERTA UNEJ:Jember
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 11.43 | No comments

STATUS KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN

Kepemilikan lahan yang sempit dan terpencar merupakan kendala umum bagi usaha tani tanaman pangan di Indonesia. Kualitas lahan dan lingkungan yang makin hari makin terdegradasi tentunya akan berimplikasi pada rendahnya efisiensi usaha tani. Kendala lain adalah minimnya ketersediaan modal untuk mengelola usaha tani dan kurangnya pengetahuan petani dengan teknologi pertanian. Program pemerintah yang digunakan sebagai stimulus penyediaan saprodi berupa kredit pun sering bermasalah. Program kelompok usaha agribisnis terpadu (KUAT) dan corporate farming, misalnya, belum secara optimal mampu mengatasi permasalahan tersebut.
Tingkat pengelolaan lahan umumnya juga tidak efisien karena skala usaha yang demikian rendah. Kondisi ini diperburuk oleh harga produk yang biasanya jatuh pada musim panen. Berkaitan dengan masalah tersebut, dukungan infrastruktur, lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan sebagai aspek pendorong usaha tani.
Dengan banyak permasalahan yang dihadapi oleh petani kita di atas, maka peranan penyuluh sangat penting, penyuluh di sini di harapkan mempunyai kemampuan pengetahuan yang luas sehingga, mampu memecahkan masalah yang di hadapi oleh petani, seorang penyuluh diharapkan mampu membentuk Konsolidasi lahan pertanian untuk meningkatkan produksi dan mensejahterakan petani.
Sebagai contoh data berikut adalah contoh Persentase rumah tangga berdasarkan luas kepemilikan dan garapan lahan sawah dan lahan kering di Luar Jawa dapat di lihat pada tabel 1 berikut, data ini menunjukan bahwa rata-rata kepemilkikan lahan petani kita rata-rata sangat kecil, sehingga perlu di lakukan konsolidasi lahan. oleh karena itu petani perlu melakukan Konsolidasi lahan pertanian.

Secara Harafiah atau devinisi Konsolidasi adalah menyatukan seluruh sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang, Memenangkan persaingan berarti menjadi yang terbaik dalam melayani kebutuhan konsumen / klien saat ini dan dimasa datang.
Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi kondisi usaha saat ini, diteruskan dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut dibuat lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke jangka menengah dan panjang yang meliputi pengembangan sistem manajemen agar perencanaan dan implementasi bisa sejalan, memberikan perioritas pada pengembangan yang dilakukan secara terus menerus, pengembangan pasar dilakukan sistimatis dan efisiensi menjadi acuan prestasi.
Dalam aplikasinya dalam bidang pertanian, seorang penyuluh memberikan konsep mengenai konsolidasi lahan petani yang rata-rata kecil yang luasanya hanya 0 koma sekian Hektar tersebut. Seperti data pada table 1. Di Jawa, sekitar 88,00 % rumah tangga petani menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 hektar dan sekitar 76,00 % menguasai lahan sawah kurang dari 0,25 hektar. Kondisi penguasaan lahan sawah di luar Jawa masih lebih baik di banding di Jawa.
Dengan luas lahan petani yang kecil ini maka jika di hitung untung dan ruginya maka hasilnya petani akan rugi karena, biaya operasional yang di keluarkan dalam tahap SAPRODI sangat besar. Oleh karena itu untuk efisiensi biaya operasional maka perlu ada upaya konsolidasi lahan, melalui kelompok tani oleh penyuluh, Kepemilikan tanah petani yang kecil tersebut setelah di konsolidasi maka akan terbentuk lahan yang luas, petani harus bersatu dan menjalankan usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Model konsolidasi tampaknya mumpuni untuk dijadikan sebagai alternatif strategi pemberdayaan petani. Namun dalam implementasinya patut berhati-hati. Sebagai tahap prakondisi, pengembangan model konsolidasi sebaiknya jangan dilakukan secara besar-besaran seperti pada kasus Kelompok Tani dan Kredit Usaha Tani (KUT), dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP).
Pengembangan model konsolidasi sebaiknya dilakukan melalui model percontohan sebagai protoipe untuk kemudian dijadikan sebagai pembanding untuk pengembangan di daerah lain.
Namun pada kenyataanya di lapangan penyuluh tidak mudah untuk menkonsilidasikan lahan petani, hal ini terkait dengan sosial budaya masyarakat tani setempat, tidak semua petani mau di ajak kerja sama karena akan merasa dirugikan sehingga petani tidak mau bergabung. Sebenarnya petani tidak menerima konsolidasi karena kurang pengetahuan, oleh karena itu di sinilah seorang penyuluh menjalankan fungsinya sebagai pemberi informasi dan teknologi kepada petani supaya petani mempunyai pengetahuan. Dan pada akhirnya petani bersatu dalam arti menjalankan usaha budidayanya dengan konsolidasikan lahannya ke dalam suatu kelompok yang mempunyai pengurus yang baik, misalnya kelompok tani.

KESIMPULAN

1. Kepemilikan lahan yang sempit dan terpencar merupakan kendala umum bagi usaha tani tanaman pangan di Indonesia.
2. Di Jawa, sekitar 88,00 % rumah tangga petani menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 hektar dan sekitar 76,00 % menguasai lahan sawah kurang dari 0,25 hektar.
3. Untuk meningkatkan produksi pertanian dan meningkatkan kesejateraan petani maka perlu melakukan konsolidasi lahan.
4. Peranan penyuluh sangat penting dalam mengkonsolidsi lahan petani, oleh karena itu penyuluh harus mampu meberikan pengetahuan dan membentuk kelompok tani yang solid.

Minggu, 07 November 2010

Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 02.15 | No comments



Tembakau (Tobacco) adalah sejenis tanaman herbal. Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejarah Tembakau penuh dengan intrik dan nuasa mitos, pada mulanya digunakan oleh orang - orang asli Amerika (Indian) untuk digunakan sebagai media perobatan. Sejarah mereka pada masa itu banyak dikaitkan dengan tanaman tembakau. Ajaran - ajaran kepercayaan mereka juga ada kaitannya dengan tumbuhan tembakau, dimana pada waktu itu asap tembakau dipercaya dapat memberi perlindungan dari mahluk halus yang sangat jahat dan begitu juga sebaliknya memudahkan mereka mendekati mahluk halus yang baik.
Tanaman Tembakau ialah hasil pertanian yang telah melalui proses dari daun tumbuh - tumbuhan genus nicotiana yang sangat segar. Tembakau bisa didapat secara komersil dalam bentuk hasil panen, berupa basah atau kering maupun yang sudah di simpan atau melalui proses diawetkan. Dan sering di hisap (seperti merokok) dalam bentuk cerutu, rokok dengan pipa, tingwe (lintingan sendiri/digulung dengan alat cetak/tangan), tembakau juga bisa dikunyah,"dicelup"(diletakkan antara pipi dan gusi), dan dikulum, atau di hirup kedalam hidung sebagai bahan hisapan dalam bentuk serbuk halus. Tembakau mengandung zat alkoloid nikotin dan Tar.
Telah lama tembakau menjadi bahan kritikan. Mungkin dapat dikatakan bahwa Raja James I dari Inggris adalah orang yang pertama kali menjalankan kampanye antirokok pemerintah, dengan menulis ”A Counterblaste to Tobacco” pada tahun 1603. Tidak lama setelah itu, James I menaikkan pajak impor tembakau sebesar 2.000 persen. Namun masyarakat menghindari pajak tersebut melalui penyelundupan dan menanam sendiri di rumah. Maka James mengubah taktiknya, dan pada tahun 1615, ia membuat impor tembakau menjadi monopoli kerajaan: sehingga si penentang rokok ini justru mengambil keuntungan dari rokok.
Sejak pertama kali diimpor ke Eropa setelah Collumbus kembali dari perjalanannya, dimulailah babak baru dalam sejarah tembakau. Mulai abad ke-15, konsumsi tembakau terus tumbuh. Pada abad ke-18, tembakau telah diperdagangkan secara internasional dan menjadi bagian dari kebudayaan sebagian besar bangsa di dunia. Pada abad ke-19, rokok mulai menggantikan penggunaan tembakau pada pipa, tembakau kunyah dan hirup. Namun industri tembakau modern baru mulai tumbuh sejak ditemukannya mesin pembuat rokok yang efisien pada tahun 1880, yang dapat memproduksi 200 batang rokok per menit. Produksi massal tersebut menyebabkan turunnya harga rokok dan memungkinkan konsumsi massal. Tembakau terus menimbulkan kontroversi hingga sekarang. Namun jutaan orang di seluruh dunia tetap saja merokok.
Pesatnya indusri rokok mendominasi penjualan rokok terbesar pada konsumen, pesatnya industri rokok juga didukung dengan kegiatan usaha tani temabakau yang semarak di lakukan, untuk menunjang industri rokok, dapat memenuhi permintaan rokok.
Dengan hiruk piruk perkembangan sejarah Tembakau di tengah tantangan anti rokok di atas, sampai saat ini industri rokok benar-benar memegang peranan penting, jika kita melihat sisi positifnya maka temabakau merupakan penyumbang pendapatan Negara terbesar bagi Negara dari komoditas pertanian yang lain.
Banyak masyarakat Indonesia yang menjadi perokok aktif dan pasif yang mana dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut data dari PBPERSI (pusat data perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia) hasil penelitian menunjukan hampir 70% perokok Indonesia mulai merokok sebelum mereka mencapai umur 19 Tahun. Dengan banyaknya jumlah perokok muda Indonesia menepati peringkat pertama perokok terbanyak di asia pasifik. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa industri rokok begitu perkasa dengan produk rokoknya. Peningkatan konsumen rokok memberikan banyak keuntungan besar yang di berikan pada industri rokok dan juga Negara yang meraup untung dari hasil cukai rokok. Kontribusi yang diberikan industri rokok pada penerimaan Negara pada tahun 2006 sebesar Rp. 38,4 Trilliun, tahun 2007 sebesar 43,8 Trilliun (lebih tinggi dari target 42,3 trilliun) angka tersebut terus bertambah seiring kebijakan pemerintah manaikan cukai rokok.
Lebih dari itu , usaha tani tembakau sebagai pendorong bergeraknya roda perekonomian di daerah. Sebagai contoh di wilayah pulau Madura uang kartal yang disediakan Bank Indonesia pada musim tembakau panen tembakau di kabupaten pamekasan dan kabupaten sumenep meningkat menjadi Rp. 75 juta sampai Rp. 1Trilliun, sedangkan pada bulan- bulan biasa hanya 100 juta (kompas 2009). kontribusi industri rokok ke penerimaan negara sangat besar. Menurutnya, sumbangan cukai dari rokok tahun 2006 sebesar Rp 42 triliun kalau ditambah pajak total penerimaan negara dari rokok menjadi Rp 52 triliun (Fahmi idris dalam kompas, 2009).
Terkait dengan tenaga pekerja di sektor pertembakauan dijelaskan bahwa tembakau dapat menyerap tenaga kerja, alokasi waktu menanam tembakau sebesar 220 HOK – 320 HOK untuk tiap hektarnya dan bahkan untuk tembakau Virginia membutuhkan 473 HOK . HOK tersebut senilai 5 orang yang bekerja dalam 58 – 80 hari. tenaga kerja buruh yang bekerja pada usaha tani tembakau mendapat upah sebesar 20.000 sampai 35.00 perHOK. (M.Ronhi, 2009). Tenaga kerja (yang terserap) dari proses pembuatan sigaret kretek tangan mencapai 6 juta orang. Jadi kalau ada impor jumlahnya berkurang (http://hariansib.com).
Sekilas ulasan di atas telah memberikan gambaran bahwa keberadaan rokok sangat memegang peranan penting dalam pembangunan nasional, dengan adanya industri rokok maka dapat menyerap tenaga kerja yang sangat banyak, selain itu dapat menyumbangkan pendapatan Negara yang sangat besar melalui CUKAI, PAJAK, dan DEVISA.
Beberapa waktu terakhir ini perbincangan tentang tembakau dan produk turunannya masih sangat hangat diperdebatkan . pada titik simpul yang lain paling tidak pada tahun 2009, di keluarkan undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan dan tahun 2010 masih dalam bentuk RPP, akan dikeluarkan tentang RPP tentang pengamanan produk tembakau . senada dengan Fatwa MUI , maret 2010 tentang fatwa haram rokok juga di keluarkan oleh organisasi massa Muhammadiyah.
Sekarang tinggal bagaimana pemerinta dalam mengambil kebijakan, jika pemerintah mensahkan RPP tentang rokok, maka secara otomatis industri rokok akan mengurangi produksi rokok, maka secara otomatis akan berpengaruh pada kurangngya penyerapan tenaga kerja dari sektor industri rokok dan diperkirakan ada berapa juta penduduk Indonesia akan kehilangan pekerjaan dan sampai saat ini orang-orang yang berkampanye anti rokok tidak mampu menjamin, untuk menampung jutaan orang tersebut.
Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah segera mengambil kebijakan yang benar dan tepat agar tidak saling merugikan dan tidak saling mematikan perekonomian yang mau membaik saat ini. Selain itu para politisi dan golongan masyarakat tertentu yang kontra denga industri pertembakuan sebaikya tidak asal bicara, tetapi benar-benar berfikir positif dan mempertimbangkan dampak yang akan timbul.
Tembakau memegang peranan sangat penting dalam pembangunan nasioanal oleh karena itu tidak boleh di hentikan penanamanya hanya karena Fatwah Haram Rokok, temabakau juga bisa digunakan untuk keperluan industry lain seperti: pestisida, sebagai sumber daya genetika, dan kebutuhan rokok bagi orang yang dewasa.
Sesungguhnya jika orang mengisap rokok secara teratur justru menyehatkan tubuh dan tidak haram, akan tetapi ketika orang kecanduan nikotin yang terkandung di dalam daun tembakau maka orang menghisap rokok yang berlebihan sehingga merusak kesehatan bagi perokok aktif dan pasif.
Sebaiknya pemerintah mengatur peraturan atau undang-undang tentang pada umur berapa seharusnya merokok, di tempat yang bagaiman si perokok boleh merokok, sehingga tidak memutuskan rantai perekonomi yang sudah dibangun lama.
Jadi kelompok kami tidak sependat dengan adanya kampanye anti rokok dan Fatwa Haram Rokok.
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 02.12 | No comments

SEBIBIT POHON UNTUK MASA DEPAN BUMI



Ketika isu lingkungan hidup mulai menjadi perhatian dunia ini, istilah green (hijau) menjadi simbol keprihatinan tersebut. Hampir setiap kali saya bertemu dengan beberapa kalangan masyarakat mengeluh atas suhu, dan musim hujan yang tidak menentu akhir-akhir ini, suhu daerah jember di siang hari mencapai 320 C bahakan lebih, suhu ini sudah melebihi batas dari suhu rata-rata daerah jember. Petani juga sulit menentukan musim tanam yang tepat karena iklim sekarang sudah tidak seperti dulu lagi, akibatnya petani mengalami gagal panen karena musim kemarau yang berkepanjangan dan ledakan hama penyakit oleh lingkungan yang tidak stabil, dengan demikian pasokan pangan Nasional menurun, hal ini menyebabkan pemerintah harus mengimpor bahan pangan dari luar negeri, yang mana mengeluarkan uang Negara yang besar. Secara langsung maupun tidak langsung pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Melihat beberapa fenomena tersebut di atas maka saya teringat Firman Allah pada Manusia pertama (Adam dan Hawa) mengenai tanggung jawab akan pengelolaan sumber daya alam, dalam kisah penciptaan (Kej 1: 1-31) Allah menciptakan langit bumi dan segala isinya itu indah, salah satu karya ciptaan Tuhan adalah Tumbuh – tumbuhan (ayat 24a) yang berfungsi untuk menyediakan oksigen (O2) mengikat karbondioksida (C02) menghijaukan bumi, menyimpan air melalui perakaran, dan menyediakan makanan bagi seluruh ciptaan Tuhan, baik itu manusia, hewan di darat dan burung-burung di udara, melihat fungsi Tumbuhan khususnya pohon-pohonan maka sangat penting peranannya dalam keberlangsungan Ekosistem yang diciptakan oleh Tuhan.
Seiring dengan perkembangan zaman, populasi manusiapun meningkat seperti yang difirmankan Allah pada (ayat 28) “ Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan tahlukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” selanjutnya pada ayat 29 “Berfirmanlah Allah: Lihat, aku memberikan kepadamu segala Tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu”. Ketika saya merenungkan ayat-ayat ini, saya berfikir banyak orang Kristen salah menafsirkan tentang kata : KUASAILAH BUMI entah karena dengan penafsiran yang salah atau tidak mengerti tentang kata ini, sehingga dalam tindakan pengelolaan alam ini sering kita melakukan tindakan tidak bijaksana, tindakan tersebut dapat kita lihat penebangan hutan, pencermaran air dengan limbah industri, pencemaran udarah dengan gas-gas yang mengandung racun, akibatnya perubahan iklim global yang mempengaruhi suhu, iklim dan curah hujan yang abnormal.
Untuk menanggulangi perubahan iklim global yang semakin lama semakin memanas ini, maka sejak tahun 70an Prof. Jimly menuliskan bahwa manusia mulai di sadarkan akan pentingnya menjaga lingkungan hidup, maka sejak itu upaya untuk melegalisasi di dalam hukum Negara sudah muncul. Indonesia pada tahun 1997 sudah mengeluarkan undang-undang tentang lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997). Bagaimanapun juga kepedulian masyarakat tentang kepedulian masyarakat tentang lingkungan hidup akan menjadi action yang rapuh tanpa di topang hukum yang kuat. Sekalipun hukum Negara kita telah mengatur namun faktanya kesadaran masyarakat tetap saja kurang oleh karena itu sebagai Anak-anak Tuhan kita wajib memelihara lingkungan tempat di mana kita hidup, mulai dari hal yang kecil seperti membuang sampah anorganik pada tempatnya, mengurangi penggunaan AC yang berlebihan karena gas CFC (Cloro Floro Carbon) yang dihasilkanya turut meningkatkan suhu iklim secara global karena itu sebagai Anak Tuhan kita juga turut mensukseskan program pemerintah “ ONE MAN ONE TREE” dan Penanaman pohon di lahan kritis, karena sebibit pohon yang saudara tanam pada tanah pekarangan atau halaman rumah saudara akan memberikan sumbangan berupa oksigen pada bumi tempat dimana kita hidup, dan pohon yang saudara tanam akan berfungsi juga untuk menyerap atau menyimpan Carbon, menyimpan air tanah, mengikat gas-gas beracun, menyaring partikel-partikel debu dan memfillter hujan asam, serta menyediakan makanan bagi hewan ciptaan Tuhan lainya, sehingga dengan jalanya fungsi Ekologi yang harmonis akan membentuk Ekosistem yang saling menguntungkan diantara sesama mahluk dan benda ciptaan Tuhan, pada akhirnya akan memberikan keuntungan secara Ekologi, Ekonomi dan Sosial budaya, serta iman yang kuat Pada Tuhan.

Oleh: Erinus Mosip.
Mahasiswa Faperta - Unej

Kamis, 21 Oktober 2010

Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 23.04 | No comments

PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN



Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah pertanian umumnya adalah bahan organik yang mudah mengalami pengomposan, industri pertanian menghasilkan limbah berupa padat, cair, dan gas, yang mana selama ini petani kita sering mebuang saja sehingga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan hidup, baik air, tanah dan udarah.
Pengolahan limbah pertanian di sini dimaksudkan untuk memanfaatkan limbah pertanian tersebut menjadi produk sampingan yang bernilai ekonomis, sehingga petani memperoleh nilai tambah dari hasil limbah pertanian. Dalam menghasilkan produk sampingan tersebut perlu adanya teknologi sehingga memperoleh hasil olahan yang bermutu tinggi, selain bermutu juga memiliki nilai seni yang baik sehingga limbah pertanian ini menjadi suatu produk yang mempunyai daya saing di pasar domestik maupun pasar internasional.
Dalam penerapan teknologi pengolahan limbah pertanian ini di harapkan mampu mengolah semua limbah berupa padat, cair, dan gas tersebut menjadi produk sampingan sehingga diharapkan suatu komoditas pertanian dalam pengelolaannya menjadi non limbah karena semua bagiannya menjadi barang yang bermanfaat smua, sehingga tidak ada istilah limbah atau kotoran lagi. Dalam proses non limbah ini selain memberikan produk sampingan juga memberikan inovasi baru yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya saja pada komoditas kelapa, tanaman kelapa bila di kelolah dengan konsep non limbah maka dari semua bagian kelapa dapat menghasilkan banyak produk yang memberikan hasil samping juga dalam pengelolaannya dapat menyerap tenaga kerja yang banyak sehingga di suatu industri sederhana saja dapat memberikan banyak keuntungan bagi petani dan masyarakat pada umumnya.
Dalam makalah ini saya mengambil pengolahan limbah komoditas tanaman kelapa, karena tanaman kelapa merupakan tanaman yang mempunyai manfaat yang banyak dari semua jaringannya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan limbah tanaman kelapa.
2. Untuk mengetahui dampak negative limbah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa.
3. Untuk mengetahui produk dari limbah tanaman kelapa,
4. Untuk mengetahui manfaat dari segi ekologi, social, dan ekonomi.


PERMASALAHAN
Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat dan gas yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah. Sebagian pengusaha industri yang akan membuang limbah diwajibkan mengolah terlebih dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup disekitarnya. (Siti agustina at all 2005)
Umumnya limbah pertanian termasuk limbah biologi, karena ditimbulkan sebagai sisa pengusahaan tumbuhan, salah atau benda biologi. Oleh karenanya, limbah pertanian merupakan sumber bahan organik, terutama karbon dalam bentuk karbohidrat. Selain itu, sering didapat bahan berguna lain dalam jumlah yang masih memadai, seperti protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat.
Usahatani yang diselenggarakan sehingga tercapai suatu hasil panen (produksi), tidak memanfaatkan tanaman secara keseluruhan, sehingga bagian tanaman yang tidak dipanen akan merupakan limbah. Kemudian dalam mengolah bahan yang dikehendaki dari bagian tanaman yang dipanen akan timbul pula limbah lainnya (M. Amir S,et all 2005).
Sejauh ini sisa-sisa atau limbah pertanian masih sedikit termanfaatkan. Akan tetapi apabila dikaji lebih mendalam serta dikaitkan dengan proses kesetimbangan alam, maka limbah tersebut juga mengndung bahan-bahan yang berguna untuk dikembalikan ke dalam tanah (karena limbah pertanian memang berasal dari air dan nutrien tanah menjadi bahan makanan) sehingga tanah mampu
mempertahankan daya dukung alamiahnya terhadap kegiatan teknoplogi manusia yang semakin bertambah.
Selama ini, petani sudah memanfaatkan limbah pertanian dari tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, tomat, cabe dan kelapa serta lainnya, tetapi dilakukan secara tradisional dengan mengembalikkan langsung ke dalam tanah pada saat pengolahan tanah sebelum dimulai musim tanam berikutnya. Hal ini tentunya akan terjadi proses pengomposan tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama agar terjadi pemetangan kompos.
Selama ini yang kita jumpai pada kebanyakan petani kelapa dalam memanfaatkan kelapa yang di gunakan hanya bagian-bagian tertentu seperti Buah, degan, daun mudah, santan, dan kayu yang keras saja. Selebihnya bagian lain seperti serabut, tempurung, air kelapa yang tua, serta daun yang tua dan serbuk gergaji serta masih banyak bagian kelapa lainya di buang sia- sia, sehingga menjadi limbah tumpukan yang memakan tempat, berbau busuk dan mencemari lingkungan hidup.

Kamis, 03 Juni 2010

Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 19.29 | 1 comment

mencangkok tanaman (air layerage)

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengembangkan pembudidayaan tanaman.secara garis besar kita mengenal dua cara pengembangbiakkan tanaman,yaitu secara vegetatif alami dan secara vegetatif buatan.namun yang akan kita bahas kali ini adalah pengembangbiakkan secara vegetatif buatan.sebab cara ini sering dilaksanakan untuk pembudidayaan tanaman. Misalnya mencangkok, merunduk, dan menyambung. Disini hanya akan membahas salah satu cara perkembangbiakkan tanaman yang termasuk dalam vegetatif buatan,yaitu mencangkok. Mencangkok adalah salah satu cara murah dan mudah untuk mengembangbiakkan tanaman.Cangkok (air layerage) merupakan salah satu contoh cara pembiakan tanaman dengan cara Vegetatif buatan,yang dapat pula terjadi secara ilmiah.Pembentukan akar pada layerage dapat di permudah dengan perlakuan seperti pelukaan,pengikatan,etiolasi,dan penyalaharahan dari batang (disorientasi),yang mempengaruhi suatu gerakan dan penumpukan enzim auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut.pencangkokan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu tumbuhan,sehingga pemanfaatan terhadap tumbuhan tersebut menjadi lebih optimal.dimisalkan pencangkokan pada tumbuhan mangga.dengan mencangkok tumbuhan mangga,kita bisa mendapatkan buah yang lebih baik dari tumbuhan tersebut.dan tentunya masa tumbuh yang relatif lebih singkat. Mencangkok sendiri sebenarnya adalah suatu peristiwa translokasi,yaitu dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan xilemdibiarkan utuh. Setelah beberapa lama akan terjadi penggembungan pada bagian yang di sayat karena ada timbunan bahan organik. Bagian bekas luka yang menggembung disebut kalus. Pada batang atau akar tumbuhan dikotil, jika mengalami luka maka akan ada usaha untuk memperbaiki bagian tesebut dengan pembentukan kalus dan dengan bantuan hormon luka atau kambium luka (asam traumalin).

Translokasi dapat pula diamati pada pengeluaran getah pada proses penyadapan. Pada perbanyakan dengan cara mencangkok batang bawah tidak diperlukan karena pada cara ini perakaran keluar langsung dari cabang pohon induk yang dicangkok. Cara perbanyakan vegetatif dengan stek pada prinsipnya menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Kelebihan bibit vegetatif yaitu kualitas tanaman keturunan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya,bibit berumur genjah (cepat berbuah).Sebagai contoh adalah tanaman manggis asal bibit susuan dapat berbuah lima tahun setelah tanam, sedangkan bibit yang berasal dari biji baru berbuah 10-15 tahun setelah tanam. Contoh yang lain adalah bibit durian hasil okulasi dapat berbuah 46 tahun setelah tanam,sedangkan bibit asal biji akan berbuah setelah berumur lebih dari 10 tahun setelah tanam.
Pembiakan Vegetatif dengan cara cangkok ini dapat dibedakan menjadi 2 macam cara yaitu:(1) pencangkokan dalam tanah
(2) Pencangkokan di atas tanah
Pencangkokan dalam tanah yaitu proses perbanyakan tanaman dengan cara melakukan pelengkungan cabang,yang kemudian di benamkan ke dalam tanah.biasanya tanaman yang sering di perbanyak dengan cara seperti ini haruslah mempunyai batang tanaman yang lentur,dan mudah untuk di bengkokkan tanpa adanya kerusakan sama sekali.pada bagian batang yang akan di lenturkan dan ditimbun biasanya dilukai terlebih dahulu gunanya untuk menstimulir terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum di pisahkan dari tanaman induknya.
Waktu pencangkokan tidaklah tergantung pada musim atau yang lain.Musim hujan maupun kemarau sebenarnya bukan masalah.walaupuan keduanya ada kelebihan dan kekurangannya.Mencangkok pada musim hujan,tentunya kita tidak usah repot-repot untuk menyiramnya.lagi pula jika kita melakukan pencangkokan pada awal musim hujan,dalam musim itu juga cangkokan telah jadi dan dapat ditanam.Kalau mencangkok pada musim kemarau,memang kita harus rajin-rajin untuk menyiramnya agar tingkat

kelembaban media tanamnya tetap terjaga.tapi lazimnya cangkokan pada musim kemarau lebih cepat,karena pada saat musim ini pertumbuhan akar sedang aktif.
Dalam proses pencangkokan hendaknya lapisan kambium yang terdapat pada batang dihilangkan.kambium ini berperan besar dalam membentuk pembuluh-pembuluh tapis (phloem) sekunder ke arah sebelah luar dan membentuk pembuluh-pembuluh kayu (xylem) sekunder ke arah dalam.Dengan dibuangnya lapisan kambuim yang terdapat pada batang ketika waktu penyayatan dan pengupasan kulit batang,maka zat-zat makanan ataupun segala sesuatu yang berasal dari atas sayatan tidak akan dapat ke bawah sayatan menuju ke akar.
Pembiakan tanaman secara vegetatif dengan metode cangkok (Air Layerage) memang sudah dikenal sejak dulu,bahkan dapat dikatakan suatu car perkembangbiakan tertua di dunia.namun yang demikian hasilnya sering mengecewakan pencangkokannya,mereka ada yang gagal hanya beberapa persen saja tapi bisa juga gagal total.kegagalan ini bisa dilihat dari bagian tanaman yang di atas keratan/luka yang kering atau mati.untuk menghindari hal-hal tersebut kita harus memperbaharui cara mencangkok dan mencurahkan perhatian yang agak serius dengan kesabaran dan ketelitian(Ashari S,1995).
Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.Pada teknik ini tidak ada batang bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.Disamping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok.Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu

pelaksanaan sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga
(Rishan Anwar , 2008).
Jenis – jenis tanaman yang biasanya dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon buah-buahan dan tanaman hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis jeruk,berbagai jenis jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll.
Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang berkayu yang mudah untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai misal adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan Penyiraman,Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman rambutan telah tumbuh dan benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan saja.Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta mempercepat pertumbuhan buah (Tohari.1992).

Kamis, 13 Mei 2010

Yang dimaksud dengan komponen abiotik dari lingkungan adalah iklim dan tanah yang bekerja sendiri atau berinteraksi dalam membatasi pertumbuhan dan penyebaran tanaman. Respon tanaman terhadap salah satu komponen dalam hal ini tidak bebas dari pengaruh komponen lainnya. Sementara lingkungan biotik adalah kelompok makhluk hidup yang menyebabkan penyakit, seperti: Bakteri; menghasilkan toksin yang dapat meracuni tanaman.Virus; melalui RNA yang bersifat toksin
ISI RANGKUMAN
Morfologis
Saat terjadi rendaman total sampai pada bagian daun paling atas, sehingga fotosintesis menjadi terhambat akibat kurangnya karbondioksida ekternal dan adanya semacam naungan (shading). Pada beberapa tanaman adanya etilen membuat stimulasi untuk memanjangkan batang (shoot elongation), seperti pada padi, sehingga dapat melakukan “escape” dari cekaman rendaman. Pierik et al. (2005) membuktikan adanya pola kesamaan respon pemanjangan batang pada A. thaliana antara yang ternaungi tanpa rendaman dengan yang terendam pada tanaman amphibi Rumex palustris.
Salah satu mekanisme tanaman yang biasa hidup dalam keadaan terendam adalam memiliki jaringan aerankim. Seago et al (2005) melaporkan ada sebanyak 85 spesies dan 41 famili memiliki aerankim dengan pola berbeda-beda. Aerenkim merupakan ruangan interselular yang terbentuk dari kombinasi pertumbuhan sel dan pembelahan sel (expansigeny) pada angiospermae primitive, seperti pada Nymphaeales, kemudian pada angiospermae yang lebih maju hanya pada pembelahan sel saja kemudian aerankim dibentuk. Proses masuknya gas dari atmosfer melalui aerenkim sebagian besar terjadi karena difusi, namun demikian aliran masa dapat pula terjadi jikaa alur jalan aerenkima membentuk tahanan yang rendah untuk dapat memasukan gas. Armstrong and Armstrong (2005b) membuktikaan dalam penelitiannya bahwa oksigen dapat diregenerasi pada bagian batang tanaman alder melalui pendaya gunaan karbondioksida oleh sel klorofil. Mommer dan Visser (2005) mengidentifikasi penampilan mengidentifikasi tampilan morfologi daun yang melakukan fotosintesis dibawah air. Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan kecepatan mengabsorbsi karbondiosida berhubungan erat dengan pembentukan lapisan kutikula dan lamina yang semakin menipis. Armstrong and Armstrong (2005a) menggunakan external palarographic oxygen-sensing electrodes yang ditempatkan pada rhizospher untuk mengetahui proses keracunan sulfide pada akar tanaman padi. Mereka mengamati adanya reaksi reduksi dengan cepat terjadi karena berkurangnya oksigen di sekitar akar, sehingga mengakibatkan tekanan terhadap pemanjangan akar dan kemampuan mengambil air. Pada kondisi ini berlanjut sampai berhari-hari sulfide akan mengancurkan akar diikuti dengan tumbuhnya akar lateral. Sulfida juga dapat menghalangi aerankim dan jaringan pembuluh tanaman. Kekurangan oksigen pada akar juga disebabkan oleh nitrate yang dibebaskan dari bahan organik menghalangi oksigen untuk diserap oleh akar (Kirk and Kronzucker, 2005)
Fisiologis
Tanah yang terendam air merupakan cekaman abiotik yang mempengaruhi komposisi spesies dan produktifitas pada berbagai tanaman. Pada tanaman padi misalnya, rendaman dimanipulasi sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang maksimal, namun pada beberapa spesies tanaman kelebihan air merupakan faktor penghambat produksi pada beberapa tempat dan situasi (Jackson, 2004), banjir terutama berpengaruh terhadap hasil biji (Setter and Waters, 2003). Hambatan utama yang disebabkan adanya rendaman pada spesies yang tidak bisa beradaptasi terhadap kekurangan oksigen adalah karena difusi oksigen di air lebih lambat 104 dibanding dengan di udara (Armstrong and Drew, 2002). Hal lainnya adalah adanya perubahan level hormone etilen dan beberapa produk dan beberapa produkmetabolisme anaerobic oleh mikroorganisme tanah seperti Mn 2+, Fe 2+, S 2_ H2S dan asam karbolat (Jackson and Colmer 2005). Lebih lanjut jika tanaman terendam secara total akan mengakibatkan kekurangan karbondioksida, cahaya, dan oksigen sehingga dapat mengakibatkan kematian tanaman (Jackson and Ram, 2003).
Namun demikian ada beberapa tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi fisiologi, semacam “escape” dari lingkungan yang terendam (Voesenek et al. 2003), mengurangi kekurangan oksigen dengan membentuk sistem aerasi internal yang efektif (anoxia tolerance) (Gibbs and Greenway, 2003), memiliki kemampuan untuk menghindar atau memperbaiki kerusakan akibat oksidasi selama “re-aeration” (Blokhina et al., 2003).
Mekanisme tanaman menghindari defesiensi oksigen adalah dengan mengatur pola ekpresi gen yang meningkatkan toleransi terhadap kondisi anaerob. Melalui jalur signal transduksi gen kelas I haemoglobin (Hb) yang merupakan gen yang teriinduksi akibat terjadinya kekurangan oksigen. Igamberdiev et al. (2005) melaporkan adanya interaksi haemoglobin dengan nitrit oxidase (NO), yang merupakan gas yang dihasilkan dari nitrat, hal ini ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam sel yang kekurangan oksigen. Interaksi heamoglobin dengan NO ditambah dengan adanya etilen dapat menghasilkan energy dengan tanpa oksigen (anerob), akan tetapi hal ini dapat pula mengakibatkan turunnya pH yang ada disitoplasma yang dapat mengakibatkan terganggunya proses biokimia dan mengakibatkan kemungkinan yang fatal bagi sel. Felle (2005) melaporkan ada mekanisme spesies yang dapat melakukan pengaturan sumber proton yang bertanggungjawab terhadap pengasaman, dan pengaturan pH dapat memperpanjang hidup sel ketika terjadi defesiensi oksigen (anoxsia).
Pengaruh status nitrisi nitrogen dan fosfat awal terhadap respon ketahanan tanaman padi terhadap rendaman diteliti oleh Ella dan Ismail (2006). Mereka melaporkan bahwa kemampuan hidup beberapa genotipe padi tidak berkorelasi dengan status N awal pada daun, tetapi berkorelasi positif dengan status konsentrasi pati dan nisbah akar-pupus, serta kandungan klorofil yang tinggi sebelum diberi perlakuan rendaman. Dengan demikian budidaya tanaman yang baik tanpa terlalu memberikan N yang tinggi sebelum terjadi rendaman dapat meningkatkan kemmpuan hidup tanaman padi.


Genetika
Analisis pola ekpresi gen yang mengkarakteristik sel yang mengalami defesiensi oksigen dan mekanisme pengaturannya banyak diteliti oleh ahli genetik. Branco-Price et al. (2005) menganalisis genom A. thaliana yang diberi perlakuan kekurangan oksigen selama 12 jam, kemudian mengamati pola ekpresi, kecepatan translasi oleh protein dan level komplesitas polysome. Hasil penelitian mereka menunjukan rendahnya level nukleotida GC, yang berarti ada beberapa pasangan nukletioda pada mRNA yang tidak tertranslasi sehingga translasi lebuh cepat pada saat sel kekurangan oksigen. Produk protein hasil translasi kemungkinan sangat penting terutama untuk mempertahankan hidup dalam jangka pendek, dari kekurangan oksigen.
Gonzali et al (2005) menggunakan microarrays dan metode bioinformasi untuk menganalisis pola umum kecambah A.thaliana yang diperlakukan 6 jam tanpa oksigen (<10 ppm). Mereka meneliti bagaimana ekpresi dari 20.000 gen A. thaliana yang dianalisis oleh software. Hasil penelitian menunujukan 1600 gen terpengaruh oleh perlakuan 6 jam tanpa oksigen, dari sejumlah itu hanya sebagian kecil gen yang berhubungan dengan jalur fermentasi sukrosa. Mohanty et al. (2005) melaporkan beberapa untaian DNA dekat dengan promoter yang dapat menginduksi gen untuk berekpresi pada keadaan lingkungan anerob, untaian DNA ini merupakan tempat pengkatan faktor transkripsi. Faktor transkripsi adalah faktor protein yang memberikan signak kepada promoter untuk memulai proses transkripsi DNA.
Harada et al (2005) melakukan studi pada tanaman Potamogeton distinctus mengalami pemanjangan batang lebih cepat ketika keadaan suplai oksigen dihentikan dibandingkan dengan keadaan normal. Stimulasi anaerobik ini berhubungan erat dengan meningkatnya enzim sucrose synthase (SuSy), enzim yang berhubungan dengan degerasi sukrosa menjadi heksosa, senyawa yang lebih mudah terfermentasi. Pada peneletian yang lain Ookawara et al. (2005) meneliti pemanjangan batang yang disebabkan kekurangan oksigen pada tanaman Sagittaria pygmaea adanya enzim yang merenggangkan dinding sel berkaitan erat dengan akumulasi mRNA yang mengkode dua dari empat gen endotranglucosylase/hydrolase yang mengatur pemanjangan batang saat terjadi anoxia.
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Huang et al. (2005) yang melaporkan padi yang toleran anoxia mensintesis protein pyruvate orthophosphate dikinase (PPDK) yang mempunyai peran membentuk pyrophosphate (inorganic diphosphate, P2O74–) dari ATP. Pyrophospate mempunyai peran sebagai penganti ATP yang diperlukan pada proses glycolisis dan di dalam tonoplas untuk melakukan transpor proton. Mustroph et al. (2005) menggunakan kentang transgenik yang yang disisipi gen pyrophosphate. Tanaman transgenik memiliki kemampuan lebih toleran pada kondisi kurang oksigen disekitar akar dibandingan dengan tanaman nontransgenik, karena berhasil membentuk “upstream” heksosa. Kedua makalah ini mendukung pernyataan bahwa pyrophosphate memberikan toleransi metabolisme pada tanaman yang tercekaman kekurangan oksigen karena rendaman atau banjir.
Glykolisis yang kemudian dilanjutkan fermentasi alkohol merupakan rangkaian proses penghasil utama ATP ketika tanaman mengalami cekaman kekurangan oksigen, para peneliti tertaring terhadap bagaimana produk tersebut dihasilkan. Boamfa et al. (2005) menggunakan laser-photoacoustic untuk menetukan level output dari acetaldehyde dan etanol, senyawa yang dihasilkan dari rangkaian glykolisis dan fermentasi. Adanya perbedaan level toleransi pada tanaman padi yang terendaman bukan disebabkan karena perbedaan kecepatan melakukan fermentasi, melainkan disebabkan oleh kecepatan mengkonversi balik etanol menjadi acethaldehyde. Semakin cepat etanol dikonversi menjadi acethaldehyde kembali akan mengurangi kerusakan sel akibat adanya senyawa racun superoksida. Jalur detoksifikasi ini berjalan lebih cepat pada genotipe tanaman padi yang toleran rendaman dibanding dengan genotipe yang peka.
Mekanisme lain toleransi genotipe padi terhadap rendaman adalah adanya kemampuan beberapa genotipe padi yang memiliki gen ethelene response factor like protein (ERF). Gen ini telah dipetakan dengan menggunakan quantitative trait loci (QTL) pada varietas tahan FR13A terletak pada kromoso nomor 9 (Xu et al. 2004). Ada tiga lokus posisi gen ini yaitu Sub1A, Sub1B dan Sub1C (Toojindan et al 2003). Gen tersebut telah ditransfer pada varietas KDML 105 yang peka melalui prosedur backcross (Siangliw et al. 2003).

Penyebab Biotik Gangguan Fisiologi pada Tanaman
1. Patogen; kelompok makhluk hidup yang menyebabkan penyakit, seperti:
o Bakteri; menghasilkan toksin yang dapat meracuni tanaman.
o Virus; melalui RNA yang bersifat toksin, RNA akan masuk ke dalam DNA tanaman dan mengambil alih peran DNA tersebut. RNA virus terus mengkopi dirinya sehingga kemudian sel tanaman menjadi lysis dan mati.
o Cendawan; perkembangbiakannya cepat dengan spora dan filamen, merugikan karena mengambil fotosintat dari tanaman.
o Mikoplasma Like Organism (MLO)
o Nematoda; umumnya berada di dalam tanah, menyerang akar sehingga membusuk sehingga mengganggu peredaran unsur hara dan air.
2. Hama; mengganggu tanaman awalnya berupa serangan fisik misal dengan menusuk, menggigit, mengerat, dan sebagainya dan dapat mengeluarkan zat racun (bersifat roksitogenik) ke dalam sel tanaman.
3. Gulma; tumbuhan yang tumbuh di antara kelompok tanaman tertentu yang tidak diinginkan keberadaannya (tumbuh tidak pada tempat yang seharusnya), berkompetisi dengan tanaman dalam memperebutkan unsur hara dan air, cahaya matahari dan input fotosintesis lainnya, serta mempersempit ruang tumbuh tanaman.
4. Mamalia; merusak tanaman secara fisik, misal menggigit, menginjak, dsb. Contohnya domba, babi, dll.
5. Tumbuhan parasit; tumbuhan yang tumbuh menempel pada tanaman dan hidup dengan cara mengambil hasil fotosintat tanaman inang, bersifat heterotrof, contohnya benalu, tali putri, dll. Daya penetrasi hanya sampai pada bagian luar kambium (menyemtuh floem) sehingga tidak mengambil unsur hara tanaman.
Pertimbangan-Pertimbangan Utama dalam Pemuliaan untuk Ketahanan Terhadap Cekaman Biotik
Pertimbangan mencakup nilai ekonomi tanaman, luasnya pertanaman, dan kekerapan terjadinya epidemik.
• untuk komoditas dengan nilai ekonomi kecil tetapi terkait dengan hajat hidup orang banyak maka lebih baik dikembanghkan kultivar dengan ketahanan umum
• jika ada gejala nilai ekonomi anjlok, jadi perlu bebas gejala, maka lebih utama digunakan ketahanan khusus
• bila patogen/hama menyerang bagian bukan yang dipanen maka lebih digunakan ketahanan umum
• bila patogen/hama memiliki plastisitas genetik yang tinggi (misalnya wereng pada padi dan hawar fitoptora pada kentang) maka lebih utama digunakan ketahanan umum
• harus diperhatikan bahwa mekanisme ketahanan tidak membahayakan manusia
contoh: upaya peningkatan fenolik pada kentang maka tahan parasit tetapi dapat membahayakan manusia
• kini dikembangkan ‘efek tritrofik’ pada hama, yaitu tanaman dimuliakan agar punya sifat yang mengundang musuh alami hama, misalnya tanaman dengan struktur atau morfologi atau warna atau aroma/bau tertentu
Sumber-Sumber Ketahanan
Sumber ketahanan :
• konvensional: sumber ketahanan dari tanaman ? lebih diutamakan digunakan
• non-konvensional: sumber ketahanan bukan dari tanaman ? peluang memperluas sumber ketahanan
Kaitan sumber ketahanan dengan metode pemuliaan:
• bila sumber ketahanannya konvensional maka metode pemuliaan lazimnya konvensional, kadang diperlukan pendekatan bioteknologi terutama bila sumebr ketahanan dari kerabat jauh
• bila sumbert ketahanannya non-konvensional maka pendekatannya melalui bioteknologi (rekayasa genetika)
Beberapa penyebab:
1. perbedaan laju pertumbuhan: yang cepat dewasa cenderung lebih banyak mengandung patogen dibanding yang lambat ? yang lambat dewasa over estimate resistensinya; atau sebaliknya. Oleh karena itu lebih baik dicatat jumlah infeksi pada tiap stadia pertumbuhan tanaman
2. interferensi interplot. Pada pemuliaan, plot cenderung kecil dan berdampingan sehingga perlu hati-hati dalam menetapkan tingkat ketahanan; berpengaruh terutama yang memencar antar tanaman yang bertetangga tetapi kurang berpengaruh bila pemencaran patogen vertikal mll percikan hujan.
3. jumlah inokulum. Bila inokulum terlaku sedikit maka dapat over estimated karena escape atau level infeksinya rendah. Bila inokulum terlalu banyak maka akan sukar lihat ketahanan umum, tetapi tidak masalah untuk ketahanan khusus
4. saat menilai, kaitannya dengan umur tanaman
5. faktor lingkungan


Seleksi
• bila mayor gen, monogenik maka seleksi dapat dilakukan pada populasi F2
• untuk tanaman menyerbuk sendiri: back cross pada persilangan yang melibatkan kerabat liar untuk mengurangi/menghilangkan gen-gen yang tidak dikehendaki
• untuk tanaman menyerbuk silang: tingkatkan frekuensi alel dikehendaki, dalam hal ini seleksi daur ulang paling efektif
• seleksi terhadap gen mayor beresiko tekanan seleksi yang kuat terhadap patogen, sehingga patogen mudah termutasi atau strain minor cepat berkembang sehingga ketahanan mudah patah, maka disarankan mengembangkan ketahanan umum yang berbasis gen-gen minor pogenik
Strategi untuk Meningkatkan/Memperbaiki Ketahanan
1. Membentuk multiline berbasis ketahanan khusus, kesulitannya: (i) lama untuk buat back-cross dari ‘near isogenic line’ dan (ii) mudah-sukarnya ras patogen kompleks berkembang
2. Diversifikasi kultivar: yaitu dengan menanam dua atau lebih kultivar pada lahan yang sama sehingga patogen dicegah berkembang pesat
3. Gen duplikat: kultivar dengan dua atau lebih gen mayor (‘pyramide resistance’)
4. Pengendalian terpadu
5. Kondisi yang menunjang berhasilnya strategi pemuliaan, seperti pemulia dan institusi pemuliaan ada dekat dengan tempat parasit menimbulkan masalah, hal ini akan sukar bila lampaui batas wilayah negara/politik

Perakitan Kultivar Adaptif Lingkungan Bercekaman Abiotik
Yang dimaksud dengan komponen abiotik dari lingkungan adalah iklim dan tanah yang bekerja sendiri atau berinteraksi dalam membatasi pertumbuhan dan penyebaran tanaman. Respon tanaman terhadap salah satu komponen dalam hal ini tidak bebas dari pengaruh komponen lainnya.

KESIMPULAN
 TANAMAN/ TUMBUHAN AKAN MERESPON DAN PEKA TERHADAP LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK.
 TANAMAN DALAM PERTUMBUHANNYA DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN
 LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK DAPAT MEMPENGARUHI TANAMAN SECARA MORFOLOGIS, FISIOLOGIS DAN GENETIS.
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 11.03 | No comments

Kultur jaringan tanaman


Kultur jaringan tanaman merupakan tehnik budidaya yang pada saat ini semakin bnanyak ditekuni oleh para peneliti dan ilmuwan, khususnya bidang pertanian. mengingat lahan pertanian di iondonesia semakin berkurang akibat meluasnya pembangunan gedung-gedung, serta meningkatnya tuntutan konsumen pada ketersediaan bungga anggrek, maka usaha pengadaan anggrek dirasa perlu ditingkatkan pula banyak pengusaha dan peneliti menangkar biji anggrek. biji anggrek yang disebar dari buah anggrek secara alami seringkali sulit mengalami perkecambahan, karena factor linghkungan yang kurang mendukung. oleh karena itu perlu pelaksanaan tehnik pembibitan secara kultur jaringan mampu memberikan keuntungan, baik dari segi penghematan ruang,waktu, tenaga, maupun uang.( Daisy 2000)

Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan dan tergantung oleh pemilihan media yang dipilih atau digunakan. Teknik pembuatan m,edia kultur jaringan ini menekankan lingkungan yang cocok agar benih anggrek dapat tumbuh dan berkecambah dengan baik. secara umum kebutuhan akan nutrisi untuk semua benih sama hanya saja benih anggrek berukuran sangat kecil maka sulit untuk tumbuh di alam bebas, oleh karena itu perlu ada modifikasi media kultur jaringan yang ada dengan campuran buah pisang dan air kelapa mudah .
Dengan komposisi campuran media yang sederhana dapat menghasilkan eksplant bibit tanaman anggrek disemaiakan atau ditaburkan.
(Untung, 2002 hal. 50)
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 10.51 | 1 comment

budidaya tanaman anggrek cattleya



1.1 Latar Belakang
Dewasa ini nilai ekspor tanaman hias mencapai angka 90 juta Dolar Amerika Serikat atau hampir 1 Triliun Rupiah. Angka ini hampir dua kali lipat dibanding nilai ekspor komiditas pertanian yng lebih banyak dipromosikan seperti teh yang hanya 48 juta Dollar Amerika Serikat. Yang tak kalah menggembirakan peluang ekspor masih sangat terbuka. Mengingat pertumbuhan permintaan tanaman hias khususnya Anggrek di pasar Internasional setiap tahun meningkat 15 hingga 20 persen. Saat ini permintaan ekspor Anggrek dari Indonesia semakin meningkat dan akhirnya menjadi sumber davisa bagi negara (Sulaimi M.S,. 2006).
Anggrek termasuk tanaman hias primadona, disamping bentuk yang unik, warna yang mempersona, bungan anggrek juga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Ribuan spesies anggrek juga mudah dibuat varietasnya. Dari segi harga, anggrek mempunyai harga yang bervariatif mulai dari ribuan sampai jutaan, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat dapat memilikinya. Saat ini sudah banyak terbentuk kelompok pencinta anggrek di Indonesia.
Peminat anggrek terutama jenis catelia baik di pasar dalam maupun luar negeri telah dilaporkan meningkat, sehingga budidaya tanaman anggrek menjadi peluang besar untuk bisnis. Untuk mendapatkan produk yang mempunyai nilai jual, diperlukan pengetahuan khusus dan ketrampilan tertentu sehingga tidak semua orang sanggup melakukan budidaya anggrek dengan baik dan benar.
Pada beberapa tahun terakhir, pengembangan bibit anggrek cattleya semakin meningkat. Warna bentuk dan karakteristik bunga cattleya yang berbeda dengan dengan anggrek bulan ini yang menjadi daya tarik pecinta anggrek. Berbeda dengan budi daya anggrek bulan yang mudah, budi daya cattleya relative lebih sulit. Mulai pembibitan diperlukan penyediaan media yang cukup menyediakan semua unsur yang diperlukan sesuai karakteristik sifat-sifat cattleya.
Disamping tehnik budi daya, media pembiakan juga memegang peran penting dalam pengembangan benih anggrek. Banyak media yang ditawarkan dipasar, tetapi disamping harga juga kontinuitas produksi yang ada belum dapat mencukupi kebutuhan pengusaha anggrek. selain itu media yang ada tidak selalu cocok dengan kondisi di Indonesia. Sehingga tidak mendukung produksi. Oleh karena itu perlu pengembangan media yang tepat guna, murah, bisa diproduksi secara masal untuk mendukung produksi anggrek. Sehingga yang menjadi permasalah adalah :
1. Bagaimana komposisi media yang tepat guna untuk memenuhi kebutuhan budi daya anggrek ?
2. Bagaimana cara memproduksi media anggrek secara komersial dengan cara sederhana?

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk:
1. Untuk Menentukan komposisi media tepat untuk budi daya bibit anggre.
2. Membuat media secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat, tetapi memiliki kualitas yang baik dalam produksi bibit anggrek.

TINJAUAN TEORI

2.1 Klarifikasi Anggrek Cattleya
Devisio : Spermatophyta
Sub Devisio : Angiospermae
Kelas : Monocoty Ledoneae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Cattleya
Species : Cattleya SP.

2.2 Morfologi Anggrek Cattleya (Sulaimi 2006)

Akar
Pada umumnya akar Anggrek Cattleya berbentuk silindris, berdaging lunak, mudah patah, satu ujung akar meruncing licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan. Pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau ada pula yang tampak agak keunguan. Akar-akar yang sudah tua menjadi coklat dan kering da kemudian digantikan oleh akar yang baru tumbuh.
Akar Anggrek mempunyai valemen yang terdiri dari beberapa lapis sel yang berongga dan transparan serta merupakan lapisan pelindung pda sistem saluran akar. Valemen berfungsi melindungi akar dari kehilangan air dalam proses transpirasi da evaporasi. Cattleya mempunyai valemen yang sangat besar sehingga diameter akarnya cukup besar.

Batang
Berdasarkan pertumbuhan batangnya Cattleya termasuk Anggrek Simpodial, yaitu terdiri dari umbi semu (pseudobulb) yang mempunyai pertumbuhan terbatas. Pseudobulb berbentuk gada, agak pipih, keras dan berdaging. Ukurannya bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada pangkal Pseudobulb terdapat akar rimpang rizoma yang menghubungkan Pseudobulb yang satu dengan Pseudobulb yang lainnya. Sementara itu, Pseudobulb yang telah mengeluarkan bunga akan berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan dan air.

Daun
Melihat pertumbuhan daunnya, cattleya termasuk golongan tanaman evergreen karena belaian daunnya tetap segar, berwarana hijau, tidak gugur secara serentak. Anggrek Cattleya umumnya berdaun tebal dan banyak mengandung air, tetapi ada pula daunnya tipis tergantung varietasnya. Stomata terdapat pada permukaan bawah daun. Berdasarkan membuka dan menutupnya daun, pada umumnya anggrek tergolong dalam kelompok tumbuhan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Berdasarkan jumlah daunnya, anggrek cattleya terbagi menjadi dua golongan yaitu Cattleya berdaun satu (uniforliatus) dan Cattleya berdaun ganda. Cattleya berdaun ganda biasanya mempunyai 2-3 helai daun.

Bunga
Bunga cattleya memiliki bentuk yang tidak beraturan sehingga hanya dapat dibagi dalam satu simetri atau disebut bunga zigomorfik. Bunga cattleya relatif besar sehingga mudah diamati bagian-bagiannya dan dianggap dapat mewakili bentuk dasar bunga anggrek.
Perhiasan bunga terdiri dari 3 sepal pada lingkaran luar, dan 3 petal pada lingkaran dalam. Satu dari 3 petal mengalami modifikasi menjadi bibir bunga atau labaum. Sepal berbentuk lanset tepinya agak bergelombang. Zat pewangi terletak pada labeum sehingga menarik serangga penyerbuk hinggap dan mengadakan penyerbukan. Labeum merupakan bagian yang terluas dari seluruh segmen bunga (Sulaimi 2006).

2.3 Syarat Tumbuh
Pada dasarnya semua anggrek dapat bertumbuh dimana-mana. Mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah sub tropis. Sifat dan karakter bunga Cattleya berbeda dengan angrek lain, sehingga disamping temperatur, kelembaban serta penetrasi cahaya matahari, maka unsur media pembibitan ini memegang peranan yang sangat penting.

Temperatur
Anggrek Cattleya dan kerabatnya tumbuh paling ideal pada suhu antara 14-290C (580 – 850 F), yaitu suhu 12,80 – 15,60 C pada malam hari dan 23,90 – 29,40 C pada siang hari. Selain peka terhadap cahaya serta perbedaan suhu antara siang dan malam, Cattleya dan kerabatnya juga peka terhadap rangsangan fotoperiosiditas, sehingga musim berbunga terpengaruh.

Kelembapan
Kelembapan nisbi (RH) untuk tanaman anggrek cattleya berkisar 60-80 % (persen). Pada umumnya anggrek dapat hidup baik bila kelembapan udara tidak lebih dari 80 % pada siang hari dan tidak kurang dari 50 % pada malam hari.

Cahaya Matahari
Anggrek Cattleya memerlukan cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhan dan pembungaan. Cattleya membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar antara 2.000-2.500 FC (Footcandle). Namun cattleya dapat juga tumbuh pada intensitas cahaya 700-1.00 FC. Meskipun pertumbuhan lambat dan hanya menghasilkan sedikit bunga, intensitas cahaya dapat diukur dengan alat pengukur cahaya yaitu : Ligh meter.

Media Tumbuh
Media mempunyai arti signifikan dalam budi daya catelia. Persiapan media yang tepat perlu di siapkan mulai pembibitan sampai anggrek mencapai usia dewasa. Bibit anggrek tidak memiliki cadangan makanan, walaupun di alam mampu berkecambah tetapi dalam presentase yang sangat kecil. Penyediaan makanan sejak dini akan memberikan kwalitas anggrek yang baik terutama dalam menyediakan cadangan makana sumber karbon yang diperlukan dalam perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit anggrek.

2.4 Media Yang bisa dipakai dalam pembibitan
Media tumbuh merupakan makanan untuk pembentukan dan pertumbuhan tanaman anggrek baik untuk pembenihan maupun pembibitan anggrek. Banyak media dasar untuk pembibitan yang ada di pasaran. Dalam pembibitan anggrek terutama cateliya, unsur-unsur mikro (Mg, S, Fe, Mn dan Zn), makro (N. P. K) saja tidak dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan bibit catteyea. Pada dasarnya media yang disebutkan diatas harus mengandung karbon (glukosa/sukrosa dengan), Vitamin B-1, zat pengatur tumbuh (auksin) dan sitokinin. Komposisi media spesifik yang diperlukan untuk pembibitan harus mengandung unsur unsur seperti terpada tabel 2.1

METODEOLOGI

Penyusunan makalah ilmiah ini, dilakukan dengan menelusuri sumber-sumber pustaka yang berhubungan dengan budidaya anggrek yang merupakan kajian maupun laporan hasil telaah ilmiah yang dipublikasi dalam bentuk jurnal ilmiah, buku teks maupun penelusuran melalui jasa internet. Tinjauan teori juga disusun berdasarkan publikasi ilmiah popular.
Kunjungan lapangan di UD. SOERYANTO ORCHIDS di kota batu sebagai industri pembibitan anggrek juga telah dilakukan untuk mengamati langsung problem budidaya anggrek termasuk problem pembuatan media pembibitan serta cara-cara pemecahan masalah yang dilakukan.
Hasil penelusuran yang diperoleh kemudian di presentasikan dalam bentuk data diskriptif dan di diskusikan dalam pembahasan. Pada akhir karya tulis ilmiah ini kemudian disusun simpulan hasil telaah dan saran yang berkaitan dengan karya ilmiah ini.

PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Pembuatan Media Vasinne dan Went
Pembuatan Larutan Stok
Tahap pertama pembuatan stok media ini secara laboratoris diawali dengan persiapan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan. Karena komposisi dan konsentrasi setiap komponen sudah baku maka komponen yang diperlukan dapat dicampur dalam botol plastik. Pada pengamatan di UD Soeryanto ORCHIDS YANG DIMASUKAN PERTAMA ADALAH 0,20 gr Ca3 (PO4)2 dimasukkan dalam botol aqua berukuran 250 ml, kemudian berturut - turut KNO3 (0,25 gr), KH2PO4 (0,25 gr), MGSO4 (0,25 gr), FeSO4 (2,8 gr), MnSO4 (0,8 gr), NH4SO4 (0,25 gr), FeSO4 (2,8 gr), MnSO4 (0,8 gr), NH4SO4 (0,5 gr).
Tahap kedua pembuatan media ini dilakukan setelah campuran bahan-bahan diatas telah diaduk dengan sempurna, kemudian pada tempat yang sama ditambahan bahan kimia berturut-turut kimia Bayfolan 5 cc, Fish Emulsin jenis Alaska 25 cc, Vitamani B-1 (Start®) 25 cc, Atonik 5 cc, Grow tean 5 cc.
Tahap ketiga adalah pemberian arang aktif 12 gram ke dalam larut kemudian diaduk hingga merata. Jadi semua dicampurkan jadi satu dalam botol aqua berukuran 250 ml. Stok yang sudah diperoleh disimpan dalam suhu dingin untuk sementara, dan siap untuk proses fortifikasi media.

Fortifikasi Media vacinne And went
Tujuan fortifikasi pada media pembibitan adalah untuk menambah unsur organik. Unsur-unsur yang sudah dilaporkan adalah pemberian arang, bayfolan, gula, air kelapa muda, pisang dan kentang yang dicampur dengan bahan dasar agar. Dalam 6 liter air dibutuhkan 1 liter air buah kelapa muda, agar-agar 55 gr, gula 120 gr, pisang 900 gr dan kentang 5 gr. Hasil fortifikasi ini kemudian di campurkan dengan larutan stok dan PH media dipertahankan 5,0-5,3. Dengan demikian media vasine dan went sudah siap dipergunakan untuk budidaya bibit anggrek cattleya. Fortifikasi ini dibuat dengan alat panji dengan cara pemanasan dengan tujuan agar semua komponen bahan kimia dapat terlarut dengan baik
Secara komersial, media ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi mengingat biaya produksi yang relatif rendah dan bahan yang mudah didapat maka hal ini memberikan kemudahan untuk memproduksi bibit anggrek dalam skala besar, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dengan diproduksinya secara masal maka dapat didistribusikan pada unit dagang yang ada sehingga tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen bisa teratasi dengan baik. Peluang bisnis ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengembangkan suatu usaha agribisnis.

4.2. Komposisi campuran media yang tepat dan sederhana untuk cattleya
Dari banyak media yang ada, komposisi campuran yang paling dapat memenuhi kebutuhan pembibitan anggrek cattleya adalah campuran media vassine dan went. Media ini mengandung unsur makro, mikro dan unsur yang lain yang ditinjau dari jumlah dan keasamannya yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu media ini juga dapat ditambah bahan alami lain ( pisang, kentang, air degan (kelapa muda) dan bahan pemadat : agar-agar, gula (sriyanti, 2000). Seperti yang dilakukan oleh UD Suryanto Orchids, dimana media vasine dan went di fortifikasi dengan bahan lokal antara lain: air degan dan pisang ambon setengah matang.
Dengan fortifikasi yang dilakukan, maka media ini semakin lengkap menyediakan unsur yang dibutuhkan dalam pembibitan cattleya. Selain kaya dengan nitrogen, media vasine dan went fortifikasi ini kaya akan nutrisi yang berasal dari penambahan air kelapa, gula, kentang dan pisang. Susunan komponen media vacine dan wet yang telah difortifiokasi ditampilkan pada tabel 4.1
Seperti halnya dengan tumbuhan yang lain, Anggrek memerlukan makanan untuk melakukan fotosintesis dan pembentukan sel serta pertumbuhan pada umumnya. Karena Anggrek di sini dibesarkan dalam botol, maka makanan tersebut mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur tersebut terdiri atas zat-zat organik dan anorganik. Zat-zat tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu unsur makro dan unsur mikro.
Unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah terbatas atau sedikit. Unsur mikro terdiri atas Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalimum (K). unsur mikro terdiri dari : Kalsium (CO), Magnesium (MG), Mangan (Mn), Besi (Fe), Tembaga (CU), Seng (Zn), Borium (B), Molikdenum (MO).


Selain unsur-unsur makro dan mikro di atas, diberikan juga zat pengatur tumbuh (ZPT) yaiu : Sukrosa, Mio-Inositol, Vitamin, Asan Amino. Selain itu dapat diberikan air kelapa sebagai cadangan makanan. Nitrogen (N) untuk menyuburkan tanaman dengan baik, sebab unsur ini bisa membentuk protein dan lemak, unsur itu dalam media vasine and went diberikan dalam bentuk KNO3(NH4)2SO4. Phospor (P) dibutuhkan tanaman Anggrek secara besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih, unsur phospor ini dalam media vasine and went diperoleh dalam bentuk KH2PO4, CO3(PO4)2.
Kalium (K) adalah unsur yang berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman, selain itu kalium juga berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan. Kalium dalam media vacine and went diperoleh dalam bentuk KNO3, KH2PO4. Magnesium (MJ) dapat menambah kandungan phospor mempunyai kegunaan sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein. Magnesium dalam media vacine and went diberikan dalam bentuk MGSO4
Ferum atau besi (Fe) berfungsi sebagai penyangga potensial Hidrogen (PH) media, digunakan oleh tanaman dalam pertumbuhan jaringan sel dan juga untuk berfotosintesis serta pembentukan hijau daun pada tanaman Anggrek. Unsur ini dalam media vacine and went diberikan dalam bentuk FeSO4.
Sukrosa (gula) diberikan pada media vacine and went yang berfungsi sebagai sumber energi. Selain unsur-unsur di atas tanaman juga membutuhkan beberapa vitamin dalam pertumbuhannya. Oleh karena itu dalam pembuatan media vacine and went ada beberapa vitamin yang dierikan antara lain
Vitamin B-1 (Thiamine). Thiamine berfungsi berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar tanaman Anggrek.
Atonik, diberikan pada pembuatan media vacine and went berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) dan juga senyawa organik ini berfungsi mendukung dalam menghambat proses psikologi tanaman. Air kelapa muda diberikan pada media vacine and went karena mengandung auksin dan sitokini, yang fungsinya merangsang pertumbuhan tanaman. Kentang dan pisang berfungsi sebagai media tanam dan sebagai cadangan makana dalam pertumbuhan tanaman Anggrek.
Bayfolan berfungsi untuk melengkapi unsur hara mikro dan makro, aang aktif berfungsi sebagah bahan pemodal dan pelengkap, minyak ikan (fish emulsion) sebagai makan tambahan dalam bentuk organik dan merangsang pertumbuhan vegetatif. Agar-agar sebagai bahan pelekat atau pengontrol media agar tidak berbentuk caor. Air untuk melarutkan zat makanan dalam tubuh tanaman dan kelembaban daam media vacine and went, grow tean menyehatkan tanaman Anggrek selama tumbuh dalam botol vacine and went.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Media untuk pembibitan anggrek cattleya adalah media vicinne and went yang di fortifikasi dengan konsentrasi yang tepat dengan menggunakan unsur-unsur alami yaitu air kelapa muda, pisang, kentang, gula, arang aktif. Fortifikasi ini maka kebutuhan spesifik hara untuk pembibitan cattleya dapat dicapai.
2. Fortifikasi media vicine end went hanya membutuhkan tehnik dan peralatan yang sederhana sehingga dapat menjadi teknologi tepat guna dalam memproduksi media pembibitan anggrek cattleya yang akhir-akhir ini sangat tinggi permintaan pasarnya.

5.2 Saran

Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar perlu adanya upaya sosialisasikan sistem ini pada masyarakat luas agar tehknologi sederhana ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat penggemar tanaman hias (anggrek)


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi S.A, 1995, Optimasi Media Sub Kultur untuk Meningkatkan Kualitas Plantlet Anggrek Phaelaenopsis pada Kultur in Vitro, Batu.

Daisy P.S.H, 2005, Pembibitan Anggrek dalam Botol, Yogyakarta.

Darmono, D.W, 2003, Merawat Cattley,. Jakarta : Penyerahan Swadaya.

Trubus Infokit, 2005, Anggrek Dendrobium, Depok : Tribus Swadaya Wisma Hijau

Ramawati, Y.F, 2000, TeknikPengaturan Penyiraman Anggrek Dendrobium. Batu: laporan Soerjanto Orcid’s


Tim Perumus, 2006, Masalah pada Daun Anggrek, Agro Community, Edisi 003, hal. 6.

Tim Perumus, 2006, Tampilkan Anggrek Prima, Agro Community, Edisi 001, hal. 12.

Sulaimi M.S, 2006, Merawat Anggrek, Yogyakarta: Canisius


Tim Perumus, 2006, Pesona dan Gengsi Anggrek, Agro Community, Edisi 001, hal. 6


Tim Penyusun, 2006. cara Tepat Merawat Anggrek, Jakarta: Agro Media http// beautyful orchids.cattleya.// minggu 5 april 2009.co.id
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 10.41 | No comments

budidaya (perbanyakan) tanaman pepaya

Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan cara sambung, cangkok atau dengan biji. Perbanyakan dengan cara cangkok jarang dilakukan oleh penangkar bibit karena memerlukan tanaman untuk batang bawah dalam jumlah banyak. Demikian juga perbanyakan dengan cara cangkok jarang di lakukan, pengingat pelaksanaan relative sulit .perbanyakan dengan cara biji satu-saunya alternative termudah untuk mengembangbiakan tanaman papaya ini. Biji tersebut dapat langsung di tanama di kebun atau apat di semaikan terlebih dulu.
Mengingat sifat tanaman papaya sangat peka terhadap pengaruh suhu dan kelembapan maka di sarankan penggunaan benih-benih impor di coba terlebih dulu daya adaptasinya, bila ternyata sesuai dengan iklim setempat baru di usahakan untuk pembudidayaannya.
Bibit untuk tanaman pepaya harus di ambil dari tanaman papaya yang sudah matang di pohonya, makin masak buah itu maka makin cepat pula perkecambahanya, biji sebaiknyadiambil dari bagian buah ynang ditengahnya sebab bagian ini mengandung biji sempurnah dua kali jenis benih linnya.
Benih papaya sebaiknya disemaikan telebih dahulu agar, dalam penanaman di lapangan mudah, selain itu juga bibit dari hasil persemaian akan tumbuh merata, sehingga mudah dalam hal pertumbuhan sama. Tanaman papaya dapat di semaikan pada tanah yang gembur dan dengan sushui dan kelembapan yang ideal maka akan tumbuh dalam waktu yang cepat.
Setelah benih tumbuh di tempat persemaian maka biji dapat di pindahkan pada laha yang telah di sediakan, dan alangsung dapat di tanam pada lahan dengan jarak tanam sesuai keinginan.

Tanaman papaya dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dpl, tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang dari 600m dpl. tanah yang baik adalah tanah gembur, subur dan tidak bergenang air. (Ronny, 1998)
Benih adalah awal dari kehidupan suatu organisme, kualitas benih akan mempengaruhi dalam tumbuh dan kembangnya suatu jenis tanaman, benih yang sehat akan memberikan hasil pertumbuhan dan perkembambangan yang optimal, oleh karena itu benih harus di siapkan dengan baik mulai dari pemilihan buah papaya untuk dijadikan benih, proses biji menjadikan benih, dan persemaian benihj agar tetap sehat dan kualitas kecambahnya baik.
Demi meningkatkan suatu produktifitas suatu komodity banyak pera penangkar melakukan percobaan-percobaan untuk meningkatkan sutau mutu benih yanbg berkualitas diantaranya adalah dengan metode persilangan, cara pengembangbiakan, proses perlakuan baik itu secara fisik maupun secara kimiawi, yang kesemuanya itu untuk menjaga kualitas dan kuantitas benih yang di kembangkan.
bila telah memiliki vaietas benih papaya yang unggul , prodiktif dan berkualitas baik maka dapat dilakukan upaya untuk mendapatkan sendiri. caranya adalah dengan melakukan penyerbukan sendiri pada bungah papaya sempurna atau melakukan penyerbukan silang dengan tepung sari dengan bunga sempurna lainya yang masih satu varietas.
Biji untuk benih harus diambil dari buah yang sudah matang secara fisiologis dari pohon. benih yang baik adalah benih yang ada di tengah-tengah (1/3 bagian buah) sebnab bagian ini mengandung biji sempurnah duakili jenis biji lainya.
benih yang telah diambil tersebut perlu mencuci dengan abu dapru tujuanya adalah untuk menghilangkan lender pada biji papaya, setelah bersih maka biji papaya dapat di keringkan di bawa terik matrahari selama satu hari, atau hingga mencapai kadar airnya tinggal 12 %, stelah biji kering benih ytersebut di simpan.
Benih yang belum di pergunakan tersebut disimpan dengan baik, penyimpanan benih harus dapat menjaga daya tumbuh biji agar tetap tinggi, dalam penyimpanan ini banyak factor yang mempengaruhi kondisi biji, di antara keadaan biji itu sendiri, oleh karena itu benih yang disimpan sebaiknya benih yang baik, berukuran besar, tidak pecah-pecah, sehat dan berasal dari buah yang cukup matang, dalam penyimpana kandungan air harus 12 %.
Dalam penyimpanan juga perlu menjaga sushu ruang dan hindarkan dari kelembapan tinggi dan terkena sinar mata hari secara langsung karena factor-faktor tersebut mempengaruhi keadaan benih yang di simpan.
Dalam penanaman ada dua alternative yang bisa di ambil yaitu yang pertama dengan cara persemaian. cara persemaian ini biasanya dapat dilakukan pada media yang gembur dan ketersediaan air yang cukup, cara ini menghasilkan bibnit yang seragam, dan apabial benih hasil persemaian suda tumbuh maka bibit dapat di pindahkan pada lahan yang di siapkan. cara ini memiliki beberapa kelemahan yaitu tanaman bibit papaya mengalami proses stagnasi dan perlu melakukan kerja duakali penanaman.
Selesai cara tanam dengan cara persemaikan terlebih dahulu, cara yang selanjutnya yaitu mrnanam langsung pada lahan uang di sediakan, cara ini benih dapat langsung di tanam jadi tidak perlu ada pemindahan/ transplanting. dapat tumbuh denga cepat dan kuat karena tidak mengalami stagnasi.
Tidak dipungkiri bahwa pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh factor intern/ dalam tumbuhan, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa factor ekstern, di antaranya adalah suhu, intetitas cahaya matahari, kelembapan, dan topografi. hal ini sangat erat kaitannya dengan peruses pembelaha sel, prosese metabolisme, dan proses peralihan fungsi.
Tidak ada fase pertumbuhan vegetatif tanaman papaya membutuhkan banyak air tetapi pada tahap pematangan buah papaya tidak membutuhkan air, selain itu dalam perkecamabahan juga membutuhkan banyak air untuk melunakan bagian sel dan melakukan proses metabolisme benih.

Intentitas cahaya menentukan jumlah quanta energi yang diterima oleh tanaman atau benih. intentitas cahaya adalah jumlah total energi yang sampai ke permukaan pada luasan waktu tertentu. dalam intetntitas cahaya ini sangat mempengaruhi dalam perkecambahan benih, pertukaran panas, jaringan, lingkungan, proses transpirasi, respirasi, reaksi biokimia dan fotosintesis dan membantu dalam pembuatan metabolisme benih. daerah atau bagian yang rendah cahaya proses fotosintesis akan rendah, sebaliknya laju respirasi akan tinggi, jika cahaya kebanyakan cahaya maka benih akan mengalami kekeringan dan kadar airnya akan rendah
Cahaya Matahari berperan sebagai sumber energi, cahaya matahari di tangkap oleh klorophil dan diubah menjadi energi kimia oleh foton. proses perubahan gula menjadi protein dan karbonhidrat dan lain-lain semua proses rumit tersebut tanpa cahaya tidak bisa berjalan oleh karena itu cahaya merupakan penentu dalam kehidupan baik hewan maupun tumbuhan.
Sehubungan dengan itu maka dalam mperlakuan ini melakukan dua kondisi yang berbeda yaitu dengan kondisi gelap dan kondisi terang, dari kedua kondisi tersebut ternyata benih yang bertumbuh dengan baik adalah bagian benih yang tidak di tutupi dengan karbon artinya benih yang terkena sinar atau cahaya, sementara bagian benih yang di tutupi dengan karbon ternyata pertumbuhannya kurang baik karena cahayanya terhambat oleh karbon sehingga cahaya ototmatis tidak dapat menembus karbon.
Pada pelaksanaan acara ini selain dengan kondidsi terang dan gelap juga melakukan kondisi fisik pada benih pepaya yaitu ada empat, benih yang dikupas kulitnya, ada sebagian membuka kulit seluruhnya, benih tidak dikupas seluruhnya dan benih dengan aril, dari ke empat tersebut benih yang tumbuh dengan baik adalah benih yang masih utuh sepenuhnya, dalam praktikum ini tidak berhasil sesuai dengan harapan karena benih tersebut tidak di sirami sehingga benih pepaya tersebut banyak yang mati dan tidak tumbuh dengan normal.
Karbon diberikan dengan tujuan untuk menutupi ata menghambat masukny cahaya pada benih yang di semaikan, karbon berfungsi juga sebagai mulsa selain itu karbon mempengaruhi lingkungan sekitar benih pepaya.
Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, yang diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.
Hormon ABA (Asam absisat)
Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
Hormon IAA (asam indol- 3 asetat)
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya (Salisbury dan Ross 1995). IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman.
IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar. (luluk 2003 )
Sodium chlorida sebagai inhibitor benih rekalsitranSodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan pada benih recalsitran dapat terhambat. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut didalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah) yang terdapat di dalam tubuh benih sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut. Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium chlorida (NaCl) maka hal ini dapat teratasi.

KESIMPULAN
Dari pengamata yang dilakukan pada praktikum ini telah diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan benih pepaya diantaranya adalah :
mahasisawa telah mengetahui bahwa benih yang dikupas kulitnya baik itu sebagian maupun seluruhnya tidak baik dalam pertumbuhan, sementara benih yang di berikan atau menutupi dengan karbon kurang baik dalam pertumbuhan.
mahasiswa juga mengetahui bahwa benih yang diperlakukan dengan cara tanpa membuka kulit ternyata tumbuh lebih baik dan benih juga tumbuh baik pada cahaya yang cukup.
Selain mengetahui dua perbedaan di atas juga mahasiswa mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkecambahan benih pepaya.
1. perlakuan terhadap benih
2. faktor genetif dari benih papaya
3. suhu, dan kelembapan di lingkungan setempat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa :
1. benih pepaya dapat berkecambah dengan baik pada lingkungan yang mendukung misalnya suhu, temperatur, kelembapan dan intentitas cahay yang cukup.
2. benih yang di buka kulitnya tidak tumbuh karena kemungkinan benih tersebut terkontaminasi dengan mikroba sehingga tidak bisa bertumbuh.
3. benih yang diperlakukan dengan menggunakan aril tumbuh lebih lambat karena benih harus menghilangkan arilnya terlebih dahulu, dalam menghilangkan aril ini membutuhkan energi dan waktu yang banyak.
4. pada perlakuan dengan menutup karbon pertumbuhannya tidak baik karena tidak bisa terjadi proses fotosintesis secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Mugisjahi, wahyu damara dan Setiawan, Asep. 1995. Produksi benih. Jakarta : Bumi Aksara

Sutopo, Lita. 1985. Teknologi Benih. Malang : Rajawali press

Tobing, Ronny B.F. 1998. Menabur Benih Menuai Hasil. Jakarta : Patmos

Usman dan Warkoyo. 1993. Iklim Mikro Tanaman. Malang : Ikip
Posted by ERINUS MOSIP, S.P Posted on 10.33 | No comments

tehnik okulasi (grafting) pada tanaman

Grafitng atau ent, istilah asing yang sering kita dengar itu, adalah menghubungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berberda, sehingga membentuk persenyawaan. kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.
Mengenten atau Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Grafting perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf v sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh. Tanaman sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu dan siap untuk ditanam di lapangan. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres. Batang bawah berasal dari tanaman yang ditanam dari biji dan sebaiknya telah berumur 3-4 bulan, sedangkan batang atas diambil dari pohon yang berumur 1 bulan menjelang berbunga, atau dari cabang yang telah berumur 10 bulan. Mata tunas yang diambil adalah yang belum keluar mata tunasnya. Mata tunas sebagai calon bagian atas tanaman diambil dengan cara dipotong membentuk kubus (jangan sampai mata tunasnya rusak). Calon batang bawah juga dipotong (dikelupas/disayat kulitnya seukuran calon mata tunas) agar nantinya dapat ditempel secara tepat. Mata tunas kemudian ditempelkan secara tepat pada calon batang bawah lalu di ikat bagian atas dan bagian bawahnya sehingga air ataupun udara tidak dapat masuk. Setelah mata tunas tumbuh maka tanaman dapat dipindahkan ke lapangan. Jika terdapat percabangan pada bagian atas tanaman (diatas daerah penempelan) maka cabang tersebut dipotong sehingga yang berkembang adalah cabang atas hasil penempelan.
Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya manis tetapi tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain ada rambutan yang masam namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih yang rasanya manis dan bagian bawah dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat dihasilkan rambutan yang manis dan tahan pada daerah yang tergenang.
Jadi penyambungan disini berarti menyatukan antara batang bawah dan batang atas sehingga gabungan ini benar-benar membentuk individu yang baru. dalam melakukan penyambungan banyak ragamnya di antaranya adalah penyambungan dengan tanaman yang satu jenis tetapi beda warna, ata mempunyai beda sifat digabung dengan maksud agar kedua sifat tersebut bisa bersatu, tanaman cocok untuk menyambung ini umumnya bagian tanaman yang tidak terlalu tua karena apabila terlalu tua maka tanaman tersebut sulit untuk menyatu karena perbedaan sel. selain di atas juga perlakuan ini dengan maksud untuk membentuk tanaman yang satu menjadi beberapa variasi warna yangt berbeda sehingga tampilannya indah untuk dilihat,
menempel biasanya dilakukan pada tumbuhan yang sama genusnya, tujuan menempel bukanlah menghasilkan tumbuhan baru melainkan seperti yang di jelaskan di atas yaitu untuk menggabungkan tanaman dua sifat tumbuhan yang berbeda dengan sifat yang unggul misalnya tanaman kamboja memiliki warna yang bebeda antara tanaman yang satu dengan yang lain sehingga untuk mengggabungkan antara dua warna yang berbeda daalam satu pohon, satu-satunya yang bisa di lakukan adalah dengan metode menempel ini
dalam menempel kita bisa memperoleh tanaman yang berbeda sifat baik warna maupun rasa, selain itu tanaman yang telah disambung harga jualnya lebih mahal dari pada tanaman yang tidak ditempel.
Selain okulasi, cara penyambungan juga bisa dilakukan dengan enten, grafting atau sambung pucuk. Pada sambung pucuk, batang atasnya tidak menggunakan mata tempel tetapi tunas pucuk. Cara penyambungannya ada yang secara langsung, ada pula yang menggunakan teknik penyusuan. Pada sambungan langsung, pucuk tanaman dipotong dan ditempel pada ujung batang bawah yang juga telah dipotong. Pada penyusuan, hanya sebagian kulit batang dikerat, lalu ditempelkan dan diikat. Setelah dua batang ini menyatu, baru tanaman dipotong, dipisahkan.

Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi. Pertumbuhan tanaman yang seragam. Penyiapan benih relatif singkat.
Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi. (I Made 2006)
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu:
terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini. Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar. (Irianto 2000)
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu : tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus. Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama. Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuha yang cepat, dan tahan terhadap penyakit. (http://bebas.vlsm.org)

Okulasi termasuk cara perbanyakan tanaman yang cukup populer. Pasti sudah banyak yang tahu cara okulasi. Hanya saja okulasi tak bisa sembarangan dilakukan. Harus tahu langkah-langkahnya. Ada beberapa rahasia yang bisa mempengaruhi keberhasilan okulasi. Yuk, kita simak H. Abdul Ghani, dari Sanggar Buana Flora, berbagi rahasia sukses mengokulasi buah.
Memilih mata Ketepatan memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-cirinya? Pada tanaman jambu dan mangga, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil. Sementara untuk tanaman lain, Adung alias Abdul Ghani menyarankan mata yang sama sekali belum bertunas. Untuk mangga dan duren sering diakali dengan cara perompesan/pelerengan. Caranya? Pangkas habis daun pada pucuk pohon mangga. Perompesan daun akan memacu tumbuhnya tunas baru. Nah, tunas baru itulah yang bisa dipakai.
Cara menyayat Perhatikan juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis.
Cara mengikat Mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air.
Kecepatan kerja Sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat
yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan. (http://k4107078.wordpress.com Kamis, 16 april.)

Pembahsan
Menyambung atau okulasi dalam pelaksanaanya memerlukan tehnik dan cara yang khusus, yaitu memilih tanaman kamboja yang akan disambung, sebelum melakukan penyambungn hal pertama yang di lakukan adalah memilih dan menentukan tanaman yang akan di sambung, dengan memenuhi beberapa kriteria berikut : tanaman harus sevarietas, tidak terlalu tua dan tidak terlalu mudah, tanaman yang sehat, dalam melakukan mekanisme kerjanya memotong bagian tanaman yang akan di sambung, setelah memotong bagian bawah tanaman tersebut memotong dengan bentuk huruf V usahakan potongannya cukup sekali potong agar tidak terjadi goresan pada potongan tersebut, tanaman bagian atas juga di potong tetapi bentuknya lancip, potongan usahakan bisa masuk pas dengan potongan bagian bawah.
Batang atas dan bawah yangt sudah di potong tersebut ditempelkan dengan pas kemudian pada sambungan tersebut di ikat dengan plastik transparan dengan kencang dan rapat, kemudian setelah di ikat pada tanaman bagian atas di buang daun yang tidak perlu, tinggalkan daun hanya dua helai dan pada perlakuan tanaman yang satu memotong semua daun yang tumbuh, sehabis semua daunnya dibuang tanaman tersebut di bungkusi dengan plastik yang transparan , tujuannya adalah untuk mengurangi daya transpirasi dan menaungi dari cahaya matahari secara langsung, plastik pembungkus ( sungkup plastik ) ini boleh dilepas setelah tanaman hasil sambungan mencapai umur 14 hari atau dua minggu.
Dalam penyambungan, terjadi penggabungan antara dua jenis tanaman yaitu batang atas dan batang bawah yang berbeda. Dari batang atas diharapkan akan berkembang pertumbuhan cabang, tunas, dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas yang baik. Di lain pihak batang bawah diharapkan berkembang sistem perakaran yang kokoh, dapat beradaptasi pada kondisi tanah yang kurang subur dan tahan terhadap penyakit. Tanaman hasil penyambungan tersebut diharapkan akan memiliki sifat-sifat unggul yang dimiliki oleh batang atas dan batang bawah. Namun karena dalam penyambungan terjadi penggabungan dari dua sistem kehidupan maka dibutuhkan adanya pengakjian bagaimana hasil selanjutnya dari tanaman yang disambung tersebut.

Mekanisme Terjadinya Pertautan antara Batang Atas dan Batang Bawah.
Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Proses pembentukan kalus ini sangat dipengaruhi oleh kandungan protein, lemak dan karbididrat yang terdapat pada jaringan parenkim karena senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber energi dalam membentuk kalus.
Batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus (Harmann, 1997). Pembentukan kalus sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Batang bawah yang lebih muda akan menghasilkan persentase sambungan yang tumbuh lebih besardibandingkan dengan tanaman yang lebih tua (Samekto, Supriyanto dan Kristianto, 1995).
Mekanisme terjadinya proses pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah sebagai berikut: (1) lapisan cambium masing-masing sel tanaman baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, (2) sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur, (3) sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambiun sebagai lanjutan dari lapisan cambium batang atas dan batang bawah yang lama, (4) dari lapisan cambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali (Hartmann, et al.,1997).

Dalam praktikum ini ada dua perlakuan yang dilakukan yaitu pada tanaman yang satu menyisahkan dua atau lebih daun sementara yang satunya tanpa ada daun yang disisakan, dengan dua perlakuan yang berbeda ini maka dalam pertumbuhannya antara tanaman yang satu dengan yang lain berbeda yaitu pada tanaman yang di buang daunya tumbuh daun baru lebih baik dan subur hal ini di sebabkan oleh hematnya dalam pemanfaatan energi karena energi yang didapat langsung digunakan untuk pertumbuhan dan proses penyambungan dengan secara kimiawi dan biologis yaitu pembentukan protein dan karbonhidrat untuk menutup luka yang ada di antara sambungan bawah dan atas, sementara tanaman yang ada daunnya tumbuh sedikit tidak sehat atau tidak kuat karena terjadi pemborosan energi yang didapat dan terjadi penguapan karena ada daun, sehingga hal ini menyebabkan tanaman tumbuh lambat atau masih tidak sehat.
Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyambungan ini adalah bagian daun tanaman, karena pada daun tanaman terjadi banyak proses penguapan akibat cahaya matahari dan akibat proses fotosintesis, oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pemborosan energi dan air maka daun tanaman atas perlu dipangkas dan menyisahkan sedikit saja, jadi tujuan dari pemangkasan daun ini adalah untuk menghemat energi dan air pada tanaman hasil okulasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam suksesnya pertumbuhan tanaman hasil okulasi ini di antaranya yaitu faktor eksternal dan internal, varietas tanaman, hubungan kekerabatan antara batas atas dan batas bawah, keadaan fisiologis tanaman, keserasian bentuk potongan, persentuhan cambium, kegiatan pertumbuhan cambium, kekuatan akar, selain itu faktor internalnya eksternalnya adaalah faktor lingkungan, seperti waktu penyambungan, temperatur, dan kelembapan, cahaya dan faktor yang trakhir yaitu faktor pelaksanaan seperti ketajaman dan kebersihan alat yang digunakan untuk memotong batang, pemeliharaan sambungan, mengurangi transpirasi dengan mengurangi daun atau memberi sangkup plastik.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu: tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru) antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama. Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.

KESIMPULAN

Jadi dari praktikum pembiakana tanaman secara vegetatif okulasi ini dapat disimpulkan bahwa :
1. proses perlakuan menyambung adalah dengan cara menggabungkaan dua individu yang beda sifat tetapi masih satu varietas, dengan cara menempelkan tanaman bagian atas dan bawah kemudian membungkusi dengan dengan plastik, untuk mengurangi penguapan di lakukan pemotongan daun dan melakukan kontrol selama dua minggu untuk pastkan apakah tanaman hasil okulasi berhasil apa tidak, setelah berhasil maka tanaman bisa membuka plastiknya agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan bebas serta tumbuh dan kembangnya tanaman tersebut.

2. perlakuan yang dilakukan pada tanaman ini yaitu tanaman yang dipotong daun dengan tanaman yang tidak dipotong daun memberikan hasil yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura. Aspek Budidaya. UI-Press. 485 hal.


Gunawan, Indra. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif. Klaten : Aviva

setiawan, Asep. 1990. Pengantar Produksi Benih. Bandung :
Fakultas Pertanian ITB

Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum.
Yogjakarta : Gajah Mada University Press

Tobing, Roni.1998. Menabur Benih Menuai Hasil. Jakarta : Yayasan Patmos

Widyayanto,Rini.2007.Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi.
Jakarta : penebar swadaya