Spodoptera litura adalah salah satu serangga hama yang potensial merusak
tanaman pertanian, terutama pada stadia larva. Larva yang biasa disebut ulat grayak ini bersifat polifag mampu merusak seluruh bagian tanaman secara serentak, terutama pada musim kemarau. Tanaman yang biasa dijadikan inang oleh hama ini diantaranya tanaman cabai, kubis, kentang, padi, tembakau, dan tanaman pertanian lainnya (Deptan, 2005).
S. litura merupakan salah satu hama yang paling merugikan dan bersifat polifag dengan kisaran inang yang sangat luas. Tidak kurang dari 120 spesies tanaman dari jenis tanaman pangan, sayuran, perkebunan, tanaman hias, bahkan tanaman pelindung diserang oleh hama ini (Anonim, 2007). Rami, teh, kapas, jarak, lada dan tembakau adalah diantara komoditi perkebunan yang termasuk inangnya.
Spodoptera litura adalah salah satu serangga hama yang potensial merusak
tanaman pertanian, terutama pada stadia larva. Larva yang biasa disebut ulat grayak ini bersifat polifag mampu merusak seluruh bagian tanaman secara serentak, terutama pada musim kemarau. Tanaman yang biasa dijadikan inang oleh hama ini diantaranya tanaman cabai, kubis, kentang, padi, tembakau, dan tanaman pertanian lainnya (Deptan, 2005).
Spodoptera litura merupakan salah satu hama yang paling merugikan dan bersifat polifag dengan kisaran inang yang sangat luas. Tidak kurang dari 120 spesies tanaman dari jenis tanaman pangan, sayuran, perkebunan, tanaman hias, bahkan tanaman pelindung diserang oleh hama ini (Anonim, 2007). Rami, teh, kapas, jarak, lada dan tembakau adalah diantara komoditi perkebunan yang termasuk inangnya.
Kalshoven (1981) mengklasifikasikan ulat grayak kedalam filum Arthropoda, klas Insekta, ordo Lepidoptera, famili Noctuidae, genus Spodoptera dan spesies Spodoptera litura F. Pengelompokkan hama ini kedalam famili Noctuidae karena menyerang pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi di dalam tanah atau di tempat yang lembab. Biasanya dalam jumlah besar ulat grayak bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis dimakan daunnya ke tanaman lainnya (Pracaya, 1995).
Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur 2000-3000 butir. Telur berbentuk bulat, berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir) pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru. Stadium telur berlangsung selama 2-4 hari (Anonim, 2008b).
Larva muda yang baru menetas berwarna hijau muda (Gambar 1) dan hidup secara berkelompok. Larva dewasa mempunyai warna yang bervariasi, memiliki tanda seperti bulan sabit berwarna hitam pada ruas abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis berwarna kuning. Larva menyukai tempat-tempat yang lembap. Siang hari seringkali bersembunyi di dalam tanah dan menyerang tanaman yang masih muda pada malam hari. Stadium larva terdiri dari 6 instar. Lama stadium larva sekitar 20-46 hari (Kalshoven, 1981).
Larva akan berubah menjadi pupa tanpa selaput pelindung (kokon). Pupa berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam kecoklatan. Pada sayap depan terdapat spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang biasanya berwarna putih (Anonim, 2008b).
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas dan tinggal tulang-tulang daun saja. Gejala serangan pada daun rusak tidak beraturan. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya daun. serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau
Kamis, 17 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
v
BalasHapus