OLEH : ERINUS MOSIP (08-1047) VS TRI AGUSTININGSIH (08-1044)
TEMA : Pengelolahan Lahan Kering
Tujuan :
ü Mengetahui Penyebab utama Lahan kering.
ü Dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi lahan kering
SOLUSI : pengairan dengan sistem irigasi tetes
KONDISI SAAT INI : Tidak Produktif
Pembangunan sektor pertanian dewasa ini diarahkan untuk menuju pertanian yang efisien dantangguh, mengingat kebutuhan hasil-hasil pertanian yangterus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan budidaya yang banyak menglami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah terbatasnya air. Kepas (1988) menyatakan bahwa, lahan kering merupakan sebidang tanah yang dapat dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan. Lebih lanjut Suarna (1990) mengemukakan bahwa lahan kering dengan hanya 4-5 bulan basah dikategorikan cukup riskan untuk pengembangan palawija maupun untuk hortikultura.
Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di
Irigasi tetes (Drip Irrigation) merupakan salah satu teknologi mutakhir dalam bidang irigasi yang telah berkembang hampir di seluruh dunia. Teknologi ini mula pertama diperkenalkan di
Hasil penelitian menunjukkan bahwa irigasi tetes telah mampu meningkatkan hasil-hasil pertanian secara nyata dan menghemat pemakaian air antara 50 – 70 % (Menzel, 1988 :Partasarathy, 1988). Pada tanaman sayuran seperti selada (lettuce) dengan irigasi tetes ternyata mampu meningkatkan kualitas hasil dan dapat menghemat air irigasi sampai 50 % dibandingkan dengan irigasi secara konvensional (Merit, 1987; Sutton & Merit, 1993). Selanjutnya hasil penelitian pada tanaman sayuran yang lain diperoleh kecenderungan yang sama.
Misalnya Sanders et al., 1988 melaporkan bahwa produksi melon, lombok dan tomat meningkat dengan nyata bila dibandingkan dengan irigasi penggenangan (flooded) yang sangat boros air. Merit (1990) melaporkan bahwa irigasi tetes pada tanaman tomat memberikan keuntungan yang sangat nyata dimana disamping efisiensi penggunaan air dapat ditingkatkan, kualitas hasil tomat ternyata juga meningkat. Pada tanaman hortikultura jeruk, Grieve (1988) melaporkan bahwa dengan irigasi tetes produksi jeruk meningkat antara 30– 40 % dan air irigasi dapat dihemat sampai lebih dari 50 %. Kecenderungan yang sama juga dilaporkan oleh Chalmers (1988) bahwa kesinambungan produksi buah peach dan pear dapat dipertahankan dengan mengatur defisit air di dalam tanah melalui irigasi tetes.
INOVASI
Di samping memperbaiki teknologi irigasi maka untuk meningkatkan efisiensi pemakaian air, perlu pula dilakukan perbaikan budidaya berupa pemberian pupuk Mineral Plus yang merupakan campuran antara kapur pertanian (Ca) dengan garam Inggris (Mg). Pemberian pupuk Mineral Plus bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Lanya (2001) mengemukakan bahwa daratan pulau
Tanaman kekurangan air dapat mengakibatkan kematian, sebaliknya kelebihan air dapat menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman, disebabkan kurangnya udara pada tanah yang tergenang. Menurut Purwowidodo (1983) untuk mengendalikan penguapan air maka penggunaan mulsa merupakan bahan yang potensial untuk mempertahankan suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, meningkatkan penyerapan air dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Kebutuhan air perlu mendapat perhatian, karena pemberian air yang terlalu banyak akan mengakibatkan padatnya permukaan tanah, terjadinya Erosi ini bila curah hujan tinggi dan penyiraman yang banyak pada musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi ke 6. Penerbit Erlangga.
Gardner, F.P.; R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Dalam Agrivita Vol.21 No.1 Juli - September 1999. (ISSN 0126-0537).
Jurnal Ilmu Pertanian Fak. Pertanian Unibraw.
Lakitan, B. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada
Lamina. 1989. Kedelai dan Perkembangannya. Penebar Swadaya.
Purwowidodo. 1983. Teknologi Mulsa. Dewaruci Press.